32# Datang untuk pamit

181 14 6
                                    

Yeaay! Segini dulu yaa sahabat partnya, next time bakal panjang2 insha Allah.
Happy Reading
Don't forget comment and vote this part :)
***

Semua pasti pernah berada di fase dimana lagi tidak baik-baik saja, tapi tidak punya cara untuk tetap bertahan
***

Aku melewati jalan yang pernah aku lewati dahulu, jalan yang memberikan suka duka dalam kehidupan perantauanku. Pada dasarnya semua terlihat sama, cat biru tua halte bus depan universitasku, anak-anak kuliahan yang ramai menunggu bus, bahkan abang-abang tukang baso bakar yang masih setia berjualan di trotoar persimpangan. Masih serupa, yang membedakan cuman, dia, Afif Chandra Pradipta, apa kabar?

"Kak Zen ini kampusnya?" tanya Rexa dari kursi belakang.

Aku tersenyum pada Rexa, memberi isyarat 'benar ini kampusku yang penuh kenangan'.

"Naufal juga ngampus disini?" tanya Rexa beralih ke Naufal. Rexa dan Naufal satu angkatan sebenarnya.

"Iya Xa, kampus turun-menurun," kekeh Naufal.

Rexapun tertawa. Tapi itu emang benar. Naufal memilih kampus ini karena rekomendasi dariku.

"Kak Isa sehat kan? Kok kurusan?" khawatir Naufal padaku.

Aku memang sedikit kurus belakangan ini.

"Kak Isa? Maksudnya Zena?" heran Rexa ketika mendengar panggilan tersebut.

"Iya, Isa itu aku," jelasku, "kakak baik kok Fal cuman agak disibukkan aja ngurus anak dibelakang ini," balasku dengan kedua bola mata mengarah pada Rexa.

"Eh..eeehhh kok bawa-bawa aku si," protes Rexa dengan cepat.

"Lah emang iya. Siapa coba yang sering ngerepoti aku di Penang?"

"Yah, aku si..."

"Exactly! Kamu penyebabnya." Aku mengklaim langsung.

"Sekarang bukan Naufal aja ya yang bikin kakak repot," tawa Naufal yang mengerti candaanku.

"Iya, manusia ini juga bikin repot kakak." Aku menjitak pelan kepala Rexa.

Kamipun tertawa. Aah, lama sudah aku tidak tertawa bahagia sambil menghirup udara segar di Depok. Naufal dan Rexa, keduanya sudah menjadi adik laki-laki kecilku. Sejak pertama aku bertemu dengan Rexa, aku melihat diri Naufal di dalamnya. Aku bahkan merasa aman berada di dekatnya seperti aku merasakan ketentraman di dekat Naufal. Rexapun begitu, dia jarang mendapatkan perhatian dari keluarganya dan aku akan memberikan hal yang tidak bisa didapatkannya.

***
Aku harap kebahagian ini bukan hanya di dunia tapi di surga, bersama orang-orang yang aku sayangi.

Nasi goreng ditambah telur dadar sudah mengisi perutku yang sangat lapar semalam. Sesampai di rumah aku langsung tertidur pulas, bahkan mengobrol dengan Ibu juga tak sempat. Hanya sekadar menyapa dan melepas rindu sebentar.

"Naufal sama Rexa mana Bu?" tanyaku selepas dari selesai sholat subuh.

Ibu masih sibuk memasak, dari aromanya Ibu memasak nasi goreng dan telur dadar.

"Katanya tadi ke masjid," jawab Ibu sambal goseng-goseng nasi goreng.

"Ibu sehat?" tanyaku ketika sudah duduk di meja makan.

"Alhamdulillah Sa, Isa gimana?" Ibu mengambil beberapa piring dan aku langsung membantunya menyusun di atas meja.

"Alhamdulillah, cuman agak kesepian aja disana gak ada Ibu sama Naufal," ucapku dengan manja.

Good Night EarthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang