Aku tak bisa menyembunyikan hatiku yang frustasi
***Jantungku berdegup kencang ketika kau melaju lebih cepat. Menakutkan untuk mengikuti bayanganmu. Kesetiaanku ialah menunggu rangkaian kabar di setiap deringan ponselku. Ketika kesadaranku menjelma, hanya melirih frustasi pada kenyataan yang sudah terlihat miris oleh kedua bola mata basahku.
Rasa sakit kini menyerusup habisi kalbuku. Hari ini, Muhammad Redo Julinaldi, dia memiliki banyak rahasia.[Hi, apa kabar?]
READ!
Lagipun, aku kecewa saat dia hanya membaca pesanku. Tiga hari yang lalu, pikiranku sangat gursang menantikan kabar darinya. Berusaha mengantarkan kerinduanku, tanpa logika aku mengechatnya kembali. Aku ingin tahu apakah dia baik-baik saja? chat terakhir sekitar dua bulan yang lalu, kami tidak lagi bertukar kabar tiap hari sesudah itu. Dia menghilang seperti ditelan bumi lain. Padahal kami sudah hampir terlihat sangat dekat dan tidak kaku lagi. Aku bahkan sudah merasa nyaman dengan semua pesan darinya setiap hari. Aku mengscroll up chatku dua bulan terakhir.
Muhammad Redo J : Sa lagi dimana?
Narisa Tsabiyyah : Lagi diluar sama temen.
Muhammad Redo J : Ngapain? Udah malem kok masih diluar.
Narisa Tsabiyyah : Aku lagi nemeni temen aku beli kado buat bundanya.
Muhammad Redo J : Oh, cepet pulang ya. Jangan malem-malem.
Aku tersenyum lirih saat membaca pesan yang kudapatkan. Jarang-jarang ada yang peduli mengenai apa yang aku lakukan?
Narisa Tsabiyyah : Baiklah. Aku hampir saja lupa. Besok kita jadi ketemuan di kampus?
Jika diingat-ingat sudah satu setengah bulan lalu aku dan Redo berkabar-kabaran, tetapi sampai detik ini kami belum pernah bertatap wajah langsung. Aku sering sekali mengalaskan berbagai perihal untuk mengajaknya bertemu, sayangnya tidak berhasil. Redo selalu memiliki waktu yang kurang bersahabat. Sampailah aku menanyakan lagi, lalu dia meng'iya'kan ajakanku. Tentunya aku sangat puas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Good Night Earth
General Fiction#1 in fiksiumum 27 Juli 2019 Cinta bertepuk sebelah tangan Narisa kepada Redo bak deburan ombak yang senantiasa tiap saat menampar pipi merahnya. Narisa dengan sabar menitipkan hatinya kepada Redo. Ketika dia tengah berharap pada nikmat yang dicipta...