14# George Town

379 25 3
                                    

Traveling is a therapy of your sickness heart
It forces you to know that how many attractive destination in the earth
Exactly the same, like heart
How many comfortable places to fall your heart in the earth
***

Bagiku, Al Zena Narisa Tsabiyyah, pesonamu mungkin memang salah satu kebesaran Rabb akan ciptaan-Nya. Kuakui juga, pesonamu benar menggetarkan jiwaku. Tatkala aku sempat khilaf, seharusnya aku lebih bijak pada ciptaan-Nya.

Kepura-puramu bahkan sedikit menyadarkaanku bahwa kali ini bukan tentang ketidaknyaman fasilitasi bumiku untukmu lagi. Tetapi, tentang bagaimana esok caranya aku menjelajahi bumiku dengan mengikhlaskanmu, Muhammad Redo Julinaldi.

Namun kegelisahanku sempat terjawab, ketika kala mulai lelah, biar pelan hatiku konstan menyambut pengunjung lain di bumiku. Pesonamu hilang, kenyamaan lain datang. Aku pertegas lagi pada hatiku, bahwa Allah Maha Adil, dia tidak akan menitipkan duka tanpa pelipur. Untuk kejelasan rasa kami, biarkan nanti bersatu tersebab melalui cinta-Nya, dengan seizin ikatan suci dari-Nya. Bukankah itu terlalu indah untuk dibayangkan? Mengejar dan dikejar bersama keseimbangan. Luar biasa mengagumkan, seperti tindakanmu, Afif Chandra Pradipta. Ternyata, pesonamu lebih menakjubkan, dengan membiarkan kesembuhan batinku dan mengamankan waham liarku.

Tenang saja, aku juga berjuang.

Untuk kesembuhan akan pesona, Muhammad Redo Julinaldi.

Kemarin, aku benar terkejut mendengar kabar bahwa Afif akan bergabung dengan kelompok KKL-ku. Aku tidak tahu pasti alasan tepat Afif tiba-tiba berpindah kelompok. Betul sekali, perkara Afif tiba-tiba memutuskan pergi ke kelompok lain menjadi perdebatan kecil antar dua kelompok di kelasku. Sejak awal sudah diputuskan bahwa dua laki-laki di kelasku akan dipisah. Perlu kalian ketahui, kelasku sangat miskin laki-laki. Tidak apalah miskin laki-laki daripada miskin akhlak bukan?

Apakah baik atau buruk kabar ini bagiku? Aku saja tidak tahu. Aku sebelumnya sudah menata kenyamaan dalam perjalananku nanti. Entah kenapa sekarang menjadi berantakan hanya karena perasaan canggung pada Afif. Oh Rabb! Selamatkan aku dalam enam hari ke depan. Kemarin-kemarin, aku sibuk mencari cara agar tetap nyaman berada di sekeliling teman kelasku yang tidak satupun dekat denganku. Setelah aku berhasil menguatkan diriku, datang lagi bencana hati lainnya.

Begitulah mirisnya dunia perkuliahanku. Tak bisa kupungkiri. Meskipun sudah terhitung dua tahun setengah, aku menjalani kegiatan belajar-mengajar di kampus tetap saja aku tidak memiliki satupun teman kelas yang sesuai dengan sifatku, seperti aku dan Aisyah, atau Meisyah, ataupun Merlina. Terlebih lagi, dengan berstatus sebagai mahasiswa non-aktif organisasi dan gadis yang menyukai diam di kelas, tak heran jika aku sulit untuk mengakrabkan diri. Titik kesalahannya tetap ada padaku!

***

Kemacetan sudah menjadi teman akrab Kota Depok. Merlina terus menaikkan gas pada motor yang dikendarainya agar kami dapat melaju cepat dan tiba tepat waktu, sedangkan aku berusaha menahan koperku di pangkuan diriku-tepatnya di antara aku dan Merlina.

Aku mengesap aroma angin Kota Depok. Aroma khas Redo masih terdeteksi di indra penciumanku. Yah, pelan nan perlahan, yang penting pasti. Untuk berkomitmen bukan sesuatu yang mudah bukan?

"Izinkan hamba menjauh sejenak," gumamku dengan pelan.

Merlina mendengar ucapanku dengan samar-samar. "Apa Sa? Kamu bilang apa?" tanya Merlina dengan sedikit teriak karena kebisingan kendaraan di sekitar. Jalanan memang macet, tetapi untungnya tidak terlalu parah.

Aku tersenyum getir.

"Ah, gak penting Mer. Hahaa..."

Sengaja Merlina tidak terlalu kepo dan hanya ber'O' panjang padaku.

Good Night EarthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang