29# Ruang intropeksi

258 19 7
                                    

Tidak akan kau temui aku di manusia lain
***

Mungkin ini perihal kebersamaan
mengenai bumi yang dipijak
mengenai raga berkelabut
tentang kita yang terpaksa berpamitan

Aku tidak tahu tentang apa yang mesti aku lakukan. Aku mengosongkan diri pada kesedihan yang tidak seharusnya dipertontonkan. Detik ini, aku hanya melibatkan Ayah dalam duniaku.

"Narisa bisa mewujudkan mimpi Ibu, Nak?" tanya Ibu dengan penuh harap.

"Isa pengen bersama kalian," sanggahku dengan memohon.

Ibu memejamkan matanya sedetik dan tersenyum padaku tanpa memberikan kata-kata lagi. Jika sudah begini Ibu pasti akan memberikan semua keputusan padaku. Sedangkan aku sendiri tidak tahu harus memilih jalan mana yang terbaik.

"Assalamu'alaikum Narisa,"

Mereka? Bagaimana bisa datang ke rumahku?

Aku terkejut dengan kehadiran mereka.

Bagaimana bisa?

Wahai hati yang sedang rapuh,

Ini yang kau inginkan, bersandar padanya.

Aku menatap lekat kedua bola mata Afif, berusaha untuk menyalurkan energiku yang lusam. Mataku berbinar menatapnya, sedangkan Afif memejamkan matanya dan tersenyum kecil padaku.

Ibu langsung mempersilakan mereka duduk sambal menyuguhkan minuman, "teman kampus Narisa?" tanya Ibu kemudian.

Aku masih terdiam dengan pikiranku sendiri.

"Ais gimana kuliahnya lancar?" tanya Ibu pada teman kecilku tersebut.

Apa ini perbuatan Ais?

Aku mengalihkan tatapanku pada Ais dengan memberikan isyarat lewat ekspresiku. Ais memahami kode yang diterimanya dariku, namun hanya mengangguk saja.

"Alhamdulillah Bu, semuanya diperlancar sama yang di atas," jawab Ais dengan ramah.

Aku tidak akan terkejut jika hanya Aisyah yang datang di rumahku, tetapi bagaimana aku tidak terkejut dua makhluk bumi ini juga datang.

"Ini temen...?" tanya Ibu ketika melihat kedua makhluk bumi tersebut.

"Saya Afif Tante. Temen kampus Narisa." Afif membalas sambil menangkupkan kedua tangannya.

Entah kenapa aku tersenyum melihat Afif menangkupkan kedua tangannya? Kali pertama aku akan mengakui sosok Afif sangat menawan di mataku sekarang.

"Saya Rifky. Temen Narisa juga Tante."

Nah ini yang buat aku terkejut?

Afif, Aisyah, dan Rifky datang ke rumahku bersama-sama. Entah bagaimana kronologisnya bisa bersama-sama?

"Loh kok bisa disini, Ky?" tanya Redo setengah berbisik

"Yah jenguk Narisa lah, broo." Rifky berbisik sambil tersenyum tidak jelas pada Ibuku yang pasti mendnegar pembicaraan mereka berdua.

Ya Rabb, aku bahagia.
Untuk kehadirannya
Untuk tatapan kekhawatirannya
Untuk mengalurkan energi positifnya
Sungguh aku berterima kasih, Rabb.

***

Senja dipelupuk mata kian memudar. Aroma khas lingkungan rumahku menjadi tempat aku pulang. Rerumputan depan rumahku menjadi saksi biksu kebahagian keluargaku selama ini. Alamku, bumiku, rumahku, dan ketenangan hatiku.

Good Night EarthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang