"Clein memang brengsek. Dia tak mengizinkan ku tidur dengan segala macam tingkahnya yang menyeramkan. Bahkan disaat pintu kamar terkunci, aku masih merasakan tatapannya yang mengintai. "
Setelah melewati malam panjang karena Clein, Thana akhirnya memiliki kesempatan untuk berkeliling rumah bergaya minimalis modern ini.
Berbeda dengan Thana yang terkurung di rumah ini, sang pemilik rumah telah pergi untuk menimba ilmu. Thana tak yakin, apakah ia pergi ke sekolah benar-benar untuk menimba ilmu, atau mencari target lainnya.
Thana tak lagi peduli pada apa yang akan Clein lakukan disekolah. Malah, kini Thana bersyukur atas ketidakhadiran laki-laki itu di rumah ini.
Jika ia berkeliling rumah, mungkin ia akan mendapat sedikit celah untuk melarikan diri. Karena Thana sadar satu hal, dia tak bisa mengandalkan siapapun di dunia ini untuk menolongnya. Yang harus ia lakukan adalah percaya pada dirinya sendiri. Menggunakan otaknya untuk berpikir dan tubuhnya untuk berlari.
Tak ada yang mustahil di dunia ini. Begitupun pelariannya dari rumah ini. Meski mungkin saja ia akan mendapatkan beberapa luka di tubuhnya, asalkan dia bisa kembali dengan selamat, ia akan terus berjalan maju.
Semua bagian rumah telah ia telusuri. Dari yang ia dapat setelah berkeliling, total ada 4 kamar di rumah ini. 2 di lantai atas, dan 2 lainnya di lantai bawah. Tak ada yang menarik dari ke-empat kamar tersebut.
Selanjutnya, Thana melangkahkan kakinya menuju dapur. Tak ada yang tahu apa yang akan ia dapatkan jika ia berjalan ketempat tersebut. Kemarin, ia melihat sebuah pintu di dekat kulkas. Awalnya, ia tak begitu peduli akan hal itu. Namun, lain halnya dengan saat ini. Bisa saja itu berupa pintu rahasia menuju jalan keluar.
Ceklek...
Pintu itu tidak terkunci. Pertama kali Thana melihat kedalam ruangan, kegelapan memenuhi indera penglihatannya. Setelah menemukan saklar lampu, ruangan yang tadinya gelap gulita, kini mulai terang.
Tidak seperti dalam bayangan Thana, ruangan itu kosong. Bahkan terlalu polos untuk sebuah ruangan. Meskipun itu sebuah gudang, seharusnya terdapat beberapa barang yang menumpuk di pojok ruangan. Tapi anehnya, ruangan itu tak terisi apapun, bahkan jika itu sebuah bingkai.
Ruangan berukuran 3×3 meter itu terlihat luas dengan lantai dan dinding berwarna putih. Dinding ruangan terasa dingin. Thana tak tahu apa itu faktor pendingin ruangan, atau karena tidak pernah di kunjungi.
Terus berjalan sembari meraba dinding, membuat Thana mengetahui sesuatu. Setiap dinding memiliki tekstur yang berbeda.
Di beberapa bagian, terdapat beberapa gelombang yang menyapa permukaan kulit. Membuat Thana memandang heran pada tembok di sampingnya. Beberapa bahkan terasa hangat.
Menekan lebih dalam ke dinding, Thana merasakan pergeseran yang tak terduga. Awal ia menekan lebih, hanya untuk merasakan lebih banyak tekstur dari dinding. Tapi, hasil yang didapatkannya lebih membuat ia terkejut.
Pintu geser yang tersamarkan membuka sebuah ruangan lain. Lampu otomatis menyala begitu pintu bergeser. Begitu pintu bergeser sepenuhnya, tangga menurun menyambut Thana yang berdiri di depan pintu.
Meski ragu, namun Thana tetap menelusuri tangga tersebut. Ruangan bawah tanah adalah tujuan akhir yang berhasil di temukan Thana.
Ruangan besar yang dingin, dengan banyak rak juga toples di atasnya. Bau aneh menyapa indera penciumannya. Beruntung, itu bukan bau yang menyengat.
Thana menelusuri ruangan itu, di setiap langkahnya, ia merasakan tubuhnya bergetar. Ruangan bawah tanah yang ia sangka sebagai tempat penyimpanan barang, nyatanya bukan sembarang barang yang tersimpan disini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mute Villainess
FantasyR16+ Dulu, kupikir selama aku diam semua akan baik-baik saja. Kini aku sadar, bahkan dalam sunyi, tak ada tempat bagiku untuk bersembunyi. Dia mampu mengetahui keberadaan ku, bahkan di tempat paling sunyi, dengan bibir tertutup rapat. ➹➷ "Padahal a...