"Bagaimana? "
Angel merapatkan tubuhnya di balik tembok. Pintu ruang kerja itu terbuka sedikit. Dari celah itu, ia dapat mendengar sedikit dari banyaknya hal yang direncanakan Chaffinch.
"Sudah selesai, Tuan. Tinggal menunggu perintah selanjutnya dari anda. " Seorang pria berjas hitam menunduk didepan sosoknya yang berkuasa.
Chaffinch memutar kursinya ke belakang, menghadap jendela yang mengarah langsung pada taman yang terawat sempurna.
"Keluar. "
Pria itu menunduk begitu tugasnya selesai. Saat ini, ia hanya perlu memastikan tidak ada kesalahan dalam rencana, atau ia akan kehilangan nyawanya di detik itu juga.
Angel segera bersembunyi begitu terdengar langkah kaki yang mendekat. Setelah pria itu menjauh, Angel kembali pada posisi awalnya.
Sedangkan di dalam, Chaffinch termenung memikirkan kondisi adiknya di tempat berbahaya itu. Tinggal satu atap bersama sosok yang sejenis dengannya membuat ia was-was. Apalagi, kali ini ia harus berhadapan dengan pria gila pecinta kupu-kupu.
Selalu menebar senyum hingga orang-orang tertipu akan zat berbahaya didalamnya. Pria itu.... Dia seperti Pinguicula¹, senang memikat, menjebak, dan menghabisi mangsanya untuk meningkatkan nutrisi melencengnya sendiri.
Pesona pria itu berbahaya. Adik kecilnya mungkin akan terjebak, mengingat dirinya yang jauh dari perhatian.
Chaffinch termenung, "sedikit lagi, tinggal sedikit lagi, " gumamnya pada ruang sunyi itu.
Angel menahan napas begitu selesai menguping pembicaraan Chaffinch dengan salah satu bawahannya. Pandangan gadis itu begitu kosong menatap jauh ke depan.
"Seharusnya, tidak seperti ini, " gumamnya sebelum menghela napas lelah dan menjauh dari ruang kerja Chaffinch.
...
Sedangkan di tempat lain, Thana memandang sosok didepannya. Beberapa hari berlalu, dan ia masih tetap mempertahankan citra polosnya didepan Clein meski ia tahu pria itu sadar betul kebohongannya.
Tapi, apa yang bisa ia perbuat jika berhadapan dengan pria pengidap kelainan mental didepannya selain mengulur waktu dengan mengikuti permainan pria itu?
Jangan salahkan Thana karena tak memikirkan cara melarikan diri. Bukan keinginannya untuk terperangkap dalam jaring yang dibuat pria itu. Bersama Chaffinch mungkin ia masih berani bertindak saat ia tak ingat memorinya dulu. Kenyamanan yang dirasakannya membuat ia sedikit leluasa berada di dekat Chaffinch. Apalagi setelah ia mendapatkan memorinya kembali.
Tapi pria didepannya bukanlah kakak yang selalu sedia memberikan punggungnya untuk melindungi Thana. Pria didepannya semacam predator yang siap menghabisi mangsanya kapan saja. Dan itu cukup untuk membuat mentalnya lagi-lagi terguncang.
Pria itu mengaku jika ia tertarik padanya. Dan Thana paham akan situasinya saat ini. Pria dengan kelainan mental seperti itu, tak akan bisa ia kalahkan dengan kekerasan. Semakin ia berusaha memberontak, semakin kuat keinginan pria itu untuk memilikinya meski dengan badan yang tak lagi utuh.
Dia seperti boneka dengan pemilik. Semakin cantik ia berperilaku, semakin lengah pengawasan yang didapatkan dari pemiliknya. Semakin ia patuh pada perintahnya, semakin cepat ia bosan. Setidaknya, itulah yang Thana percaya.
"Ada apa, sayang? "
Mengingat dirinya yang pandai bermain peran, membuat Thana tak heran saat pria itu dengan mudahnya memanggil ia dengan sebutan, sayang.
Thana menggeleng pelan. "Tidak ada, " ucapnya dengan senyum tipis dibibir.
Clein mengangguk, meski wajahnya menunjukkan kewaspadaan. Thana menusuk apel menggunakan garpu dan menyodorkannya pada Clein yang langsung di sambut baik olehnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mute Villainess
FantasyR16+ Dulu, kupikir selama aku diam semua akan baik-baik saja. Kini aku sadar, bahkan dalam sunyi, tak ada tempat bagiku untuk bersembunyi. Dia mampu mengetahui keberadaan ku, bahkan di tempat paling sunyi, dengan bibir tertutup rapat. ➹➷ "Padahal a...