Part 51 | When You Love Me

6.4K 1.1K 31
                                    

Di sore ini, matahari tenggelam lebih awal. Awan hitam bergelantung dengan tebal, membawa setitik air jatuh menyapa bumi.

Dua orang berbeda gender terlihat tengah bergelung dalam selimut tebal, melindungi suhu tubuh agar tidak menurun.

Dihadapannya, televisi menyala, menyiarkan kabar duka dari salah satu tokoh terkenal di negara ini.

"Siang ini, ditemukan mayat dari seorang tokoh terkenal di negara ini, Gerald Frederick. Pebisnis sukses yang telah berjasa besar bagi negara ini. Pukul 11.39, beliau ditemukan dalam keadaan tewas di rumahnya. Hasil otopsi memberi keterangan penggunaan obat yang berlebihan. Beberapa botol obat yang sama ditemukan dalam laci kamar beliau.

Keterangan saksi mata mengatakan mengenai kacaunya keadaan beliau satu minggu terakhir. Diduga, hal itu bersinggungan dengan kematian isterinya beberapa tahun silam. Sampai saat ini---"

Klik.

TV dimatikan, Chaffinch menatap datar layar hitam didepan sana. Pelukan hangat dari tubuh kecil di sampingnya membantu ia menghangatkan hatinya.

"Tidak perlu di lihat lagi, " ucap gadis itu menyembunyikan wajahnya di dada Chaffinch.

Konyol. Kematian Gerald ada campur tangannya, tapi Thana bertindak seolah-olah dia terluka.

Tangannya bergerak mengelus puncak kepala Thana. Memberikan kecupan singkat di sana, dan mempererat pelukan yang terasa nyata.

"Aku tak apa. Sedari awal, aku tak memiliki perasaan halus itu. Dia orang asing, kau tak perlu memperdulikannya, Tha. "

Thana terdiam. Ucapan Chaffinch memang benar, tapi Thana tak tahu apa yang benar-benar Chaffinch rasakan saat ini. Apakah ia sedih, senang, marah, atau kecewa. Thana tak tahu.

"Apa kau akan mendatangi pemakamannya? "

Chaffinch memandang jendela di sampingnya, yang menampilkan suasana hujan di sore hari. Rintik hujan mengguyur tanaman di taman, suara yang terdengar begitu menyejukkan. Hatinya damai sesaat.

"Bagaimana menurutmu? " tanyanya balik, matanya memandang ke arah Thana, menyelam dalam iris coklat gadis itu.

"Datang jika kau ingin, tinggalkan jika tak ingin. "

Chaffinch tersenyum tipis. Matanya terpejam menikmati suasana hangat yang tercipta. Ini dua hari setelah ia membawa kembali Thana kerumahnya.

Satu tahun penuh perjuangan ia lalui dengan lambat. Kalender tergores tinta di setiap paginya, tak sabar menanti hari dimana ia akan membawa kembali gadis pujaannya.

"Yah, ku rasa akan menyenangkan jika menghadiri pemakaman orang itu. "

Chaffinch tersenyum licik dalam pejamnya. Otaknya kembali merangkai beberapa alur untuk menjatuhkan saham perusahaan, dan membuka kedok yang dipakai orang itu, Gerald.

Thana menghela napas. Kekejaman Chaffinch tidak lagi dalam genggamannya. Pria itu telah memiliki kendali penuh atas kegilaannya. Sewaktu-waktu, ada hari dimana pria itu akan membuat ia mengelus dada sabar. Apalagi, saat ia tak sengaja memberikan senyum tipis pada pria lainnya.

Meski begitu, Thana tak merasa risih dengan tindakannya. Pengakuan cinta dari Chaffinch padanya dilakukan dengan caranya. Thana tak butuh cowok romantis pemberi rasa manis, Thana tak butuh cowok humor yang membuatnya tertawa sampai tremor, Thana hanya membutuhkan pria yang akan menjaganya dan melakukan apa saja untuk melindunginya. Chaffinch, pria itu membuat sendiri standar pria idaman dalam hidup Thana. Merombak habis cita-cita Thana tentang cowok manis, romantis, dan humoris.

Ambisinya tak merugikan, dia mampu mengendalikan setiap gerakannya dengan apik, hingga Thana tak merasa terganggu akan sikapnya.

Sifat kepemilikan berlebih dalam dirinya juga tak merepotkan gadis itu. Selain membuat darah tingginya naik, tak ada hal lain yang membuat Thana jengkel.

Mute VillainessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang