Pagi ini di sebuah kamar, seorang gadis terlihat sibuk merapihkan buku di meja. Memasukkannya ke dalam tas berwarna merah jambu dan mengangkatnya ke bahu.
Seragam putih-abu melekat pada tubuh tingginya. Dengan kaus kaki sampai lutut, ia berjalan riang.
Rambutnya berhiaskan pita kecil berwarna merah, terlihat berayun saat ia mengambil langkah.
Keceriaan gadis itu hanya sebentar, saat kakinya menapaki lantai bawah rumah, ia kembali dengan aura suram di sekitarnya.
Ruang makan yang seharusnya hangat malah menunjukkan udara beku yang menusuk tulang. Membuat dada terasa berhimpitan.
Ia mengambil kursi di sebelah kanan, menaruh tas di samping, dan mulai mengambil sarapan.
Suasana masih terasa suram. Tak ada yang berniat membuka suara di antara 2 orang itu.
Pelayan memilih pergi menjauh dari pada ikut berada dalam ruangan penuh sesak.
Gadis itu acuh, ia memakan roti selai coklat dengan tenang. Wajahnya tak menunjukkan ketidak nyamanan.
Pria di kursi kepala keluarga juga tak sedikitpun menunjukkan minat untuk memperhatikan gadis yang merangkap sebagai adiknya itu. Ia sibuk membaca buku tebal di tangannya dan sesekali menyesap kopi.
Gadis itu selesai. Ia mendorong kursi dan berdiri.
"Aku berangkat. "
Ia bergegas mengambil tas dan beranjak meninggalkan ruang makan sebelum sebuah suara menghentikan sejenak langkah kakinya.
"Lebih baik diam. "
Ia tidak bodoh untuk mengerti maksud dari ucapan kakaknya. Ia tahu jika kakaknya sangat mengantisipasi tindakannya. Lagi pula, ia Thana, bukan Cecil. Ia tak akan membuat keributan saat dirinya berusaha mati-matian untuk menghindari kerumunan.
"Ya. "
Kembali berjalan dengan sedikit tergesa. Ia tak kuat jika harus berdiri di sana lebih lama lagi. Aura yang dibawa kakaknya membuat jiwanya tertekan.
Perjalanan terasa begitu lama. Ia memusatkan perhatian untuk menghafal jalan agar tak tersesat. Walau bagaimanapun ia bukan Cecil yang asli, ia sama sekali tidak mengerti arah dan rute yang akan dilaluinya saat berangkat sekolah.
Meski tak langsung ingat, setidaknya ia menemukan beberapa titik penting selama perjalanan.
Butuh waktu 30 menit untuk sampai ke sekolahnya menggunakan mobil pribadi. Jika menggunakan motor, setidaknya 20 menit waktu yang akan ditempuh. Jika menggunakan bus, ia tidak yakin.
Jarak dari gerbang rumahnya sampai halte setidaknya membutuhkan 2 km. Ia akan sangat terlambat jika berangkat sekolah menggunakan bus.
Untuk menuju ke sekolah, setidaknya ia harus melewati 3 persimpangan jalan dengan rambu lalu lintas dan 4 pemberhentian bus.
Itu sudah cukup untuk bisa pulang dengan selamat walau ia masih baru di dunia ini.
Chaffinch sudah berada di tingkat mahasiswa. Kampus yang ia masuki berlawanan arah dengan sekolah tempat Cecil menimba ilmu. Itu mengakibatkan ketidakmungkinan Chaffinch mengantar Cecil ke sekolah.
Lagi pula, Thana sangat mengerti kebencian yang ada di dalam diri Chaffinch untuk Cecil.
Koridor sekolah sudah ramai diisi siswa-siswi yang sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Sebagian besar dari mereka sedang mengobrol secara berkelompok.
Thana berusaha acuh saat berjalan menuju kelasnya. Novel yang ia baca memiliki rincian akan kelas yang ditempatinya. Setidaknya, ia tak akan mempermalukan dirinya sendiri saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mute Villainess
FantasyR16+ Dulu, kupikir selama aku diam semua akan baik-baik saja. Kini aku sadar, bahkan dalam sunyi, tak ada tempat bagiku untuk bersembunyi. Dia mampu mengetahui keberadaan ku, bahkan di tempat paling sunyi, dengan bibir tertutup rapat. ➹➷ "Padahal a...