Part 1 | Novel Adikku

24.5K 2.5K 131
                                    

Gila, mereka semua gila!

Bahkan setelah semua perjuangan yang telah di lakukan Cecil, mereka masih terus menyiksanya sampai akhir.

Aku tak pernah suka akan sikap yang mereka lakukan untuk Cecil. Cecil hanya seorang anak yang jauh dari perhatian orang tua sedari kecil, wajar jika ia menginginkan sedikit saja perhatian mereka.

Aku kurang menyukai pemeran utama wanita. Bagiku, perempuan lemah sepertinya sangat tidak cocok memerankan pemeran utama. Lebih baik menjadi kuat dan memiliki pemikiran keras kepala bagi seorang perempuan. Aku mengatakan ini mungkin karena aku iri pada Cecil.

Ya, bagiku, sosok Cecil yang kuat dan tidak mudah menyerah adalah panutan untuk ku. Kepribadian yang aku miliki jauh dibawah Cecil, bisa dibilang bahkan jika itu Tata, sang pemeran utama wanita yang terkenal lemah, aku masih jauh dibawah Tata.

Ya, aku jauh dibawah mereka. Oleh karena itu aku sangat menyukai karakter yang ditampilkan oleh Cecil.

Di mataku, Cecil memiliki kepribadian yang kuat, percaya diri, apa adanya, pandai berdebat, berpikiran luas, cerdas dan memiliki keteguhan didalam dirinya. Satu kata yang cocok untuk menggambarkan Cecil adalah sempurna.

Dia benar-benar sempurna, baik sebagai karakter antagonis dalam cerita maupun karakter sungguhan.

Ya, aku membicarakan mereka, tokoh penting dalam novel yang ku baca. Novel dengan judul 'Second Change' ini baru saja rilis bulan lalu, oleh penerbit buku terkemuka di negara ini. Penulisnya seorang gadis berusia 15 tahun yang gemar mengkhayal. Ya, itu adikku. Ia sering membawakan ku novel ciptaannya untuk mengurangi kejenuhan akibat ditinggal sendiri.

Aku terlahir di tubuh lemah, mental ku tidak sekuat kebanyakan orang, memiliki phobia berbicara membuatku sulit untuk berkomunikasi secara bebas dengan orang lain.

Sudah beberapa kali keluargaku mencoba untuk memberikan perawatan yang terbaik untukku. Namun sayang, psikolog yang menangani ku menyerah begitu saja. Sampai akhirnya aku hanya mengurung diri di dalam kamar dengan beberapa novel untuk ku baca, salah satunya novel ini.

Umurku masih 17 tahun, ya seharusnya aku masih duduk di sekolah menengah atas. Namun sudah 2 tahun aku berhenti bersekolah, alasan masih sama, karena phobia yang kumiliki.

2 tahun ini aku habiskan dengan membaca dan membaca. Sesekali membantu adikku dalam menulis karya nya. Ya, sebagian tulisan yang tercetak di penerbit tidak luput dari kontribusi ku.

Meski sulit berbicara dengan orang asing maupun disaat panik, nyatanya jika dalam keluarga aku tetap bisa berkomunikasi selayaknya orang normal.

Sangat menguntungkan, setidaknya aku tidak perlu menggunakan bahasa isyarat maupun menulis di kertas jika menginginkan sesuatu kepada keluargaku.

Yah, 17 tahun yang membosankan. Aku sering berandai-andai, jika saja aku tidak memiliki phobia aneh ini, mungkin saat ini aku sedang menghabiskan waktu diluar untuk hangout bersama teman-teman ku.

Ah, bisakah aku memiliki teman?

Kurasa tidak, mereka tidak menginginkan teman yang bisu sepertiku. Memiliki ku diantara mereka, itu merupakan aib. Setidaknya, itulah yang ku percaya.

Aku adalah aib, bagi keluargaku dan semua orang.

Seolah belum cukup dengan penderitaan ku, kini aku dinyatakan mengidap penyakit mengerikan. Kanker.

Dokter mengatakan jika sel kanker yang bersarang di tubuhku sudah berkembang pesat. Bahkan sudah hampir memenuhi sel dalam tubuhku.

Setelah itu, yang ku pikirkan hanya menunggu kematian. Aku tidak menyesal, bagiku kematian lebih baik untuk orang sepertiku.

Mute VillainessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang