Part 42 | Why The Butterfly?

8.3K 1.6K 258
                                        

'Padahal sama-sama makhluk hidup, tapi mengapa bunga lebih memiliki kebebasan daripada kupu-kupu? '

...

"Cecil, kenapa kau bersikap seperti ini? Apa ada yang kau rencanakan? "

"Aku... "

...

"Aku merindukan kakak ku. " Thana memasang wajah sedih di antara jawabannya.

"Saat jauh darinya, aku merasakan kekosongan dalam diriku. Aku merasa lemah dan tak berdaya. Kini, biarkan aku bersandar padamu, sampai kakak ku datang menjemput. "

Clein, yang menatap wajah memelas gadis itu tak dapat menahan perasaannya untuk melindungi dan mendominasi kehidupan Thana.

Ruang kosong dalam dirinya, yang menginginkan pelengkap atas kekosongan yang memuakkan, kini telah ia temukan.

"Jangan merindukannya. Bersamaku, tak ada yang bisa kau pikirkan selain diriku, " ucapannya mengalun indah bagai lagu penghantar kematian di telinga Thana.

Tangan yang dengan aktif memainkan rambut panjang tergerai nya, membuat udara disekitar menjadi dingin dan mencekam. Beberapa kali jemari panjang itu menyentuh lehernya membentuk sebuah kepalan dengan tulang lehernya berada ditengah bulatan yang dihasilkan tangan Clein.

Mencengkeram nya dengan frekuensi yang tak stabil, membuat Thana meremang. Setiap jemari itu melewati lehernya, pikiran bahwa ia akan mati karena kehabisan napas terus terbayang di kepalanya.

Belum lagi, ini hanya beberapa jam sebelum waktu yang ditentukan datang menemuinya. Membuat ia menemui ajalnya.

Seperti ucapannya, bersama Clein tak ada yang dapat dipikirkan Thana selain sosok dibelakangnya. Sosok yang mengukung tubuhnya dalam dekapan hangat yang terasa dingin dari balik punggungnya.

Berucap manis dan memperlakukannya dengan lembut. Semua kebohongan sangat terasa nyata, membuat Thana sekejap merasa buta akan kenyataan yang sebentar lagi akan menampar dirinya.

"Clein, apa yang akan terjadi padaku jika dipikiran ku bukanlah dirimu? "

Masih dengan sosok lugu yang dipertahankannya, Thana mencoba semua yang ia bisa untuk mendapatkan jawaban.

"Mungkin, aku harus berusaha lebih keras untuk memenuhi otakmu dengan namaku? " Meski menjawab santai, tapi Thana tahu jika apa yang akan Clein lakukan untuk membuat dirinya hanya mengingat lelaki itu bukanlah dengan sesuatu yang normal.

"Bunga mekar saat dunia memberikan kehidupan. Matahari membantunya saat bunga ingin bersinar. Apakah aku bunga, Clein? "

Clein menatap tak mengerti ucapan Thana. Meski begitu, ia tetap menjawab, "tidak. Kamu bukan bunga. "

"Ah... Jadi aku bukan bunga. " Desahan lesu memenuhi ruangan. Menjelaskan betapa kecewa dirinya karena ia terlahir tak mirip seperti bunga.

"Lalu, aku itu apa? "

Clein menatap Thana dengan matanya yang indah. Begitu tatapannya terisi penuh akan wajah Thana, ia tersenyum sangat indah, begitu lebar hingga seakan-akan bibirnya dapat robek jika ia mencoba tersenyum lebih lebar lagi.

"Dibandingkan bunga, aku ingin kamu menjadi kupu-kupu. "

"Kenapa harus kupu-kupu? "

Sambil mengelus surai indah Thana, Clein menjawab dengan teratur sesuai sisiran jemarinya di rambut Thana.

"Kamu rapuh, tapi kamu kuat. Dengan sayap mu, kamu mampu menantang arah angin yang berhembus kuat. Dengan pesona mu, kamu dapat membuat orang lupa akan sosok dirimu yang dulu terlihat begitu menjijikan. Kamu bebas. Dan kamu memiliki pesona mu sendiri meski sering berkeliaran tak tentu arah seolah tersesat. "

Mute VillainessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang