Part 45 | Hell or Heaven?

7.7K 1.5K 115
                                    

Chaffinch menatap datar pemandangan didepannya. Ruangan yang diterangi cahaya kuning dari lampu pijar mempertontonkan adegan tak layak didepannya.

Diruang yang berbentuk sel, seorang pria menatap tajam Chaffinch. Matanya menunjukkan kebencian mendalam meski sayu masih dapat terlihat dari tatapannya.

"Kenapa? Aku memberikan mu kupu-kupu, bukankah kau menyukainya? "

Chaffinch mengambil gelas berisi cairan merah dari meja didepannya. Dalam diam, dia terus menikmati pemandangan didepannya.

"Sssttt... Shit! " Pria itu meringis kecil saat kupu-kupu menggerayangi tubuhnya.

"Kau... " Kata-kata nya terputus seiring reflek tubuhnya yang tak menentu.

Dari sekian banyak kejadian, ini adalah salah satu yang ia benci. Kenapa bisa dirinya kalah dari pria didepannya? Ia telah melakukannya dengan baik selama lebih dari 5 tahun, kenapa sekarang ia malah jadi seperti ini?!

"Apa? " Chaffinch bertanya remeh. Bocah didepannya tidak ada apa-apa nya.

Waktu yang ia habiskan untuk mencari keberadaan Thana terasa percuma saat tahu bocah kemaren sore yang menyekapnya.

Chaffinch mengakui kehebatannya dalam hal memanipulasi publik dan jaringan signal, tapi ia masih dibawahnya jika berurusan dalam hal fisik.

"Kau.. Biadab! " desisnya benci. Ia ingin memotong setiap tangan yang menggerayangi tubuhnya. Ia ingin mencongkel mata yang berani menatap penuh napsu tubuhnya. Dan ia ingin melenyapkan seseorang didepannya.

"Yah, aku biadab, dan aku bangga akan hal itu. "

Ia melambaikan tangan, seorang pria dibelakangnya mendekat. "Tambah dosisnya. "

Pria itu menunduk dan membawa minuman ke dalam sel tempat pria itu dirantai.

"Clein, kau tahu salahmu? " Chaffinch memeriksa data diri pria didalam sel dengan santai.

"Arghhhh... LEPAS! LEPASKAN AKU! " Clein memberontak begitu minuman itu dipaksa masuk kedalam mulutnya. Chaffinch terkekeh kecil melihat bagaimana Clein memberontak tak terkendali.

Tubuhnya panas, Clein membenci fakta bahwa ia merasa ingin lebih dan lebih saat tangan-tangan di sekelilingnya menyapu dirinya dengan lembut. Tapi saat melihat siapa yang memegang kendali atas tubuhnya, ia marah, jijik dan ingin menghilangkan semua penyebab dirinya seperti ini.

"Kenapa kau tidak membunuhku?! " ucapnya tajam.

"No! Terlalu mudah untuk dirimu yang telah berani menyentuh tubuh adikku. "

Tawa sinis mengisi sel bawah tanah, Clein menatap Chaffinch remeh, "adik?! Jangan bercanda. "

Ia berdecih sinis. "Darah kalian pun berbeda, Arghhh... A-atas dasar apa kau mengakuinya sebagai adik? "

"Apa hak mu mempertanyakannya? " tanya Chaffinch.

Didalam sel, Clein memiringkan kepalanya ke kanan, kembali memberikan tatapan remeh kearah Chaffinch. "Adik? Tidak. Kau ingin memilikinya untuk dirimu sendiri, bukan sebagai adik. Shit! " Dia menjeda, tangan-tangan nakal disekitarnya membuat ia sulit berucap. "Kau tak pernah menganggapnya sebagai adik. Isn't right? " lanjutnya.

Chaffinch ikut terkekeh. "Yes, that's right. Kau pintar. Tapi, aku tak menyukai kepintaran mu, " ucapnya datar.

"Ssstt... Kau gila." Dia mendesis tak nyaman, "Sstt... BERHENTI BRENGSEK! " sentaknya kesal pada sosok yang dibawa Chaffinch.

Mute VillainessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang