Part 4 | Sikap Acuh Chaffinch

15.1K 2.1K 18
                                        

"Besok kamu sudah bisa kembali ke sekolah. "

Thana terdiam di atas kasurnya. Chaffinch memandanginya dengan wajah datar, tak memberikan reaksi apapun atas ucapan dokter.

Chaffinch sepenuhnya tak memperdulikan adik angkatnya yang memiliki tempramen buruk.

"Ya. " Suara halus hampir tak terdengar beserta anggukan ringan, sudah lebih dari cukup untuk membalas ucapan dokter.

"Baik, saya permisi dulu. Selamat malam, Nona, Tuan. "

Ia membungkuk sedikit kemudian pergi di temani kepala pelayan di rumah besar itu.

Suasana hening meliputi kamar, membuat Thana diam-diam menahan napas gugup.

Setelah aksi tangisan kencangnya didalam toilet, ia masih belum mampu menatap kakaknya. Rasa malu dan takut melingkupi pikirannya, membuat tangannya menggenggam erat selimut untuk menyalurkan emosi.

"Jangan membuat malu keluarga. "

Chaffinch melangkah pergi dengan punggung dingin, meninggalkan Thana dengan rasa takut dan frustasi.

Kepergian Chaffinch merupakan berkah baginya, tapi ucapan yang ditinggalkan Chaffinch menjadi beban berat yang harus di tanggungnya.

Ia sudah memikirkan tindakan apa yang akan diambilnya nanti. Ia rasa, lebih sedikit berbicara merupakan hal yang bagus. Tidak hanya karena kemampuan bersosialisasi yang dimilikinya, tapi kepribadian Cecil yang sebenarnya juga cukup membantu Thana.

Cecil yang berperan sebagai antagonis memiliki aura dan pengaruh tersendiri di sekolah. Ia cenderung di jauhi teman-teman sebaya, tapi itu bukan alasan ia mudah di tindas.

Kebanyakan dari mereka lebih merasa takut saat berdekatan dengannya. Wajahnya di ciptakan dengan garis-garis tajam yang membuatnya terlihat sebagai gadis yang jahat dan bertemperamen kasar.

Mata sipitnya melengkung tajam, bibir tipisnya terbiasa berbicara kasar dan kejam. Tubuh tingginya membuat orang sering berpikir untuk tidak memprovokasi dia.

Keuntungan dari bentuk tubuh dan fitur wajah membuat Thana dapat bernapas lega. Belum lagi dengan citra yang di bangun Cecil sejak ia memasuki sekolah menengah pertama, itu sudah lebih dari cukup untuk membuat Thana belajar dan hidup jauh dari orang-orang tanpa khawatir akan di tindas.

Akhir dari novel yang dibacanya juga kemungkinan akan berbeda saat ia memasuki tubuh salah satu pemain yang sangat penting.

Saat ini, Thana tidak perlu mengkhawatirkan banyak hal. Semua yang ada di diri Cecil sebenarnya sudah mewujudkan sedikit dari impiannya untuk menjadi seperti gadis lainnya.

Bersekolah dengan normal?

Ia bisa memanfaatkan citra Cecil agar ia bisa belajar dengan santai di sekolah.

Berteman?

Mungkin ini belum bisa, nyatanya Cecil tidak memiliki teman. Ia terbiasa berjalan sendiri di dunianya yang hampa.

Berbelanja di Mall?

Ia rasa, itu bisa di jalankan saat waktunya tiba. Saat ia sudah terbiasa dengan orang-orang di sekitarnya, secara tak langsung dapat membuat dirinya bisa beradaptasi dengan mudah.

Hangout dengan teman-teman?

Yah, itu pilihan lain. Ia tak berharap banyak, tapi berjalan di bawah sinar matahari dengan orang-orang di sekitarnya juga bukan hal buruk.

Memiliki pacar?

Itu tak pernah terbesit dalam angan-angan nya. Hal yang mustahil untuk Thana miliki dengan phobia aneh di dalam dirinya.

Mute VillainessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang