"Bagaimana, apakah enak? "
Thana mengangguk antusias. Wajahnya tersenyum manis dengan mulut yang terus mengunyah makanan.
Chaffinch tersenyum tipis melihatnya. Tangannya mengusap puncak kepala Thana pelan.
"Makan ini juga, seingat ku kamu sangat suka makanan ini. "
Chaffinch menambahkan udang pedas di piring Thana yang disambut baik oleh gadis itu.
"Kak, bisakah aku meminta sesuatu padamu? " tanya Thana pelan.
Chaffinch menatap wajahnya dengan lembut. Kini Thana memikirkan hal ini, sejak kapan wajah datar Chaffinch begitu enak untuk dilihat?
Apakah sedari awal wajah pria di depannya memang begitu memikat? Ataukah ia yang telat menyadarinya?
Aura kelam yang dulu ia lihat melingkupi tubuh Chaffinch, kini lenyap tak bersisa. Bisakah seseorang membunuh auranya dalam sekejap?
"Apa? " suara dalamnya bahkan terkesan seksi. Thana tersentak, kepalanya ia geleng-gelengkan dengan cepat, mencoba mengusir pikirannya yang mulai kacau.
"Anu... Itu... " ucap Thana gugup.
Sial. Kenapa ia menjadi salah tingkah begini didepan pria yang telah menemaninya bertahun-tahun dan menjabat sebagai kakak laki-laki nya? Bisakah seorang adik perempuan memiliki pemikiran seperti ini terhadap kakaknya sendiri?
"Ada apa, hm? "
Thana memejamkan matanya erat. Suara Chaffinch berdampak besar pada jantungnya yang berdetak tak terkendali. Apakah reaksi ini alami untuk dimiliki seorang adik?
Thana tahu ini salah. Tapi, dapatkah ia mencegahnya berhenti menggedor-gedor dadanya dengan kencang? Jantung sialan.
"Itu... Dapatkah kakak memanggilku dengan nama ku dulu? " ucapnya pelan. Thana menunduk, pipinya memerah entah mengapa. Padahal udara terkesan sejuk karena terdapat pendingin ruangan di tempat ini. Tapi, panas di pipi nya dengan mudah ia rasakan.
"Siapa? Cecil? "
Thana menggeleng pelan. "Thana. Nama sebelum aku dibawa ke sini oleh mamah."
"Kenapa, apa kamu tak suka dengan nama itu? "
Dengan cepat Thana menggeleng. "Bukan. Hanya... " Thana mengigit bibirnya gugup. Permintaannya terdengar konyol. Ia hanya menginginkan ada orang yang mengingat dirinya sebagai Thana. Ia tak ingin melupakan nama yang telah diberikan oleh keluarga kandungnya. Tapi, akan tak sopan jika ia tiba-tiba meminta Chaffinch untuk mengganti akta kelahirannya.
"Aku ingin ada seseorang yang mengingat nama itu. " Tunggu, mengapa permintaannya terdengar ambigu?
Ada sesuatu yang ganjil dalam ucapannya, mungkin akan menimbulkan beberapa arti berbeda di setiap orang.
'Tunggu, kakak... Tidak akan salah paham, kan? '
Thana menunduk malu setelahnya. Ia tak menyangka jika permintaannya bisa bermakna ganda. Apakah Chaffinch memiliki pemikiran yang sama dengannya? Panggilan Khusus?
Sayangnya, Chaffinch tidak cukup peka untuk mengetahui arti ganda dari permintaan Thana. Ia menanggapinya dengan santai. "Oh, baiklah. "
Thana menghembuskan napas lega, tapi disudut hatinya terdapat sedikit kekecewaan yang terasa nyata. Bukankah ia adiknya, bukankah salah jika memiliki harapan lebih mengenai kedekatan mereka?
Thana kembali menggelengkan kepalanya dengan pelan. Gila, dia gila karena mengharapkan lebih.
...
Besoknya, Thana telah siap dengan seragam lengkapnya. Hari ini, ia akan kembali menjalani kewajibannya sebagai pelajar. Chaffinch telah siap di sampingnya, duduk di kursi pengemudi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mute Villainess
FantasyR16+ Dulu, kupikir selama aku diam semua akan baik-baik saja. Kini aku sadar, bahkan dalam sunyi, tak ada tempat bagiku untuk bersembunyi. Dia mampu mengetahui keberadaan ku, bahkan di tempat paling sunyi, dengan bibir tertutup rapat. ➹➷ "Padahal a...