Part 26 | Perubahan Sikap Chaffinch

11.2K 1.9K 142
                                    

10 jam sudah waktu berlalu sejak Thana pingsan. Kini, ia mulai membuka matanya dengan perlahan, dan mengerjapkan matanya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk pada retina mata.

Saat ia bergerak, tangan kanannya terasa lebih kaku dari tangan satunya. Matanya melirik pada tangan kanan yang terangkat lemah.

Terdapat perban tebal yang membalut lengannya. Dia tak ingat alasan ia memilikinya. Ingatan terakhir sebelum ia pingsan hanya saat rasa sakit yang hebat terasa di kepalanya.

Dan di sana,

'Chaffinch. Bajingan gila itu yang membuat lenganku terluka. '

Thana mendengus keras saat sadar perbuatan siapa itu. Dia tak tahu harus bagaimana. Ingatannya mengarah pada salah satu sifat Chaffinch yang agak melenceng dari kebanyakan orang.

'Dia menyukai wajah menderita orang-orang. Tapi, hanya Tata yang ekspresinya sangat di sukai Chaffinch saat ia menangis. '

Mengingat itu, Thana menjadi rileks sejenak. Setidaknya, dia bukan kesukaan Chaffinch. Rasa senangnya hanya akan bertahan sejenak. Dia bukan pusat obsesinya. Maka, tak ada kekhawatiran berlebih untuk saat ini.

Thana memandang perban di tangannya dengan gelisah. Meski begitu, tak ada alasan baginya untuk santai saat berhadapan dengan Chaffinch.

Tok... Tok... Tok...

Suara ketukan memecah keheningan di kamar. Thana melihat ke arah pintu, dimana suara itu berasal.

Suara seraknya menjadi jawaban atas ketukan itu, "ada apa? "

Hening sejenak, sebelum suara dingin menyentuh kulitnya dan membuat ia merinding.

"Turun dan sarapan. "

Hanya itu yang terdengar, sebelum suara langkah kaki terdengar semakin jauh. Dia pergi. Penyebab dari semua rasa sakitnya telah pergi.

Thana memejamkan mata dan memantapkan hati untuk menghadapi Chaffinch.

...

15 menit waktu yang dibutuhkannya untuk mandi dan berganti pakaian. Jika biasanya ia memakai lengan pendek sebagai atasan seragam sekolahnya, kini ia memakai lengan panjang. Untuk menutupi perban yang membalut lukanya.

Saat sampai di ruang makan, hanya tersisa Chaffinch di ujung meja makan dengan tablet di tangannya. Thana mengerti jika ia termasuk orang yang sibuk.

Keluarga ini memiliki satu perusahaan besar yang menjadi induk dari perusahaan cabang yang telah mendominasi pasar negara ini. Tak heran jika anak mereka, yang masih duduk di bangku kuliah sudah ikut mengambil bagian dalam memperbesar kejayaan perusahaan.

Menempatkan diri di sebelah kiri Chaffinch, Thana lantas terduduk kaku. Ia tak mampu menggerakkan tubuhnya saat tatapan tajam mengarah padanya. Chaffinch telah melupakan tablet nya. Fokusnya kini beralih pada gadis dengan seragam sekolah di sisi kirinya.

Sejenak matanya melirik ke arah perban di lengan kanannya yang tertutup baju seragam.

"Tidak usah masuk. Lenganmu masih sakit. "

Thana terdiam kaku. Dia masih tak percaya. Terlalu dini untuk mengharapkan Chaffinch khawatir padanya.

"Tidak apa. Sudah tidak sakit. "

Thana menggeleng sekuat tenaga, mencoba keluar dari aura mendominasi Chaffinch.

Chaffinch memandang datar kearahnya. Membuat Thana tak mampu menebak kata apa yang akan selanjutnya ia dengar.

"Makan yang banyak. "

Chaffinch memindahkan beberapa potong ikan tanpa duri ke piring Thana. Gadis itu masih bingung dengan kondisi yang aneh ini. Bukan merasa senang, ia malah semakin takut. Takut akan apa yang menunggunya di sana.

"Ya. "

Meski begitu, Thana tetap menerima itu dengan senyum paksa di wajahnya. Ia makan dengan tangan gemetar. Meski telah berusaha semaksimal mungkin, tapi tetap tidak seperti kehendaknya.

Tangannya masih terlalu sulit untuk di gerakkan, bukan hanya karena perban yang terlalu tebal, hal itu juga karena tatapan tajam Chaffinch yang tak pernah lepas darinya.

Saat Thana terus berusaha untuk memasukkan makanan ke dalam mulutnya, sebuah sendok telah tiba di depan mulutnya, menunggu untuk masuk kedalam.

Pandangan Thana naik kearah asal sendok itu. Terlihat Chaffinch dengan pandangan datarnya menyodorkan satu suapan untuk Thana. Sedangkan tangan lainnya menyangga wajahnya.

"Buka mulutmu dan makanlah. "

Mau tak mau Thana membuka mulutnya begitu ia melihat tatapan tajam Chaffinch yang tak menerima penolakan.

Waktu terasa lama bagi Thana yang sudah berkeringat deras di belakang punggungnya. Ini terasa seperti cobaan yang berat untuknya.

Perilaku Chaffinch akan dipandang manis oleh sebagian orang yang tak mengetahui sifat aslinya. Tapi ini Thana, gadis yang telah akrab dengan sifatnya. Dia sudah tak mampu lagi berpikir baik saat berhari-hari menjalani hidup dengannya seperti di neraka.

"A-aku akan pergi sekarang. "

Thana berbalik untuk bergegas pergi. Tapi, tangannya di pegang dengan kuat oleh Chaffinch. "Kamu tidak boleh. "

Ada kilatan kejam dari mata hitamnya yang mempesona. Sekejap, Thana tak bisa mengendalikan perasaannya saat matanya semakin menyelam ke dalam bola mata hitam itu.

Seakan terperangkap dalam pesonanya yang mematikan, ia dibuat mengangguk akan semua yang diucapkan Chaffinch. Dia bahkan tak sadar jika kini, ia tidak lagi berdiri di ruang makan. Kini ia berada di ruang kerja Chaffinch, dimana tempat itu merupakan tempat yang amat sangat terlarang untuk ia masuki.

Ia didudukkan di kursi kebesarannya. Sedangkan Chaffinch, ia berjalan menuju lemari di sudut ruangan dan kembali dengan kotak putih dengan garis merah membentuk vertikal dan horizontal yang saling tumpang tindih di tangannya.

Dia berjongkok didepan Thana, mengambil satu lengan Thana, dan menggulung lengan kemejanya.

Perlahan, ia melepas perban yang melilit tebal dengan penuh hati-hati. Thana tersentuh akan perlakuannya yang jarang ia temui. Chaffinch yang di kenalnya tak akan pernah memperlakukan ia dengan lembut seperti ini.

Setelah selesai dengan lukanya, Chaffinch berdiri didepannya. Mata Thana mengikuti gerakkan Chaffinch. Saat lengan Chaffinch bergerak naik, Thana tak mampu menahan refleks nya untuk menutup mata, mengira jika yang akan datang padanya adalah sebuah pukulan.

Tapi, bukan sakit yang ia rasakan, melainkan perasaan hangat yang menjalar kedalam dirinya saat kepalanya ditepuk halus oleh lengan besarnya.

Perlakuan manis Chaffinch terhadapnya membuat Thana bimbang. Haruskah ia terus merasa takut padanya, ataukah ia harus mengubah pandangan padanya?

Tapi ia tak mau bodoh. Jika hal ini salah satu rencananya untuk mempermainkan dia, maka Thana akan masuk kedalamnya jika ia percaya begitu saja.

"Ada apa denganmu, kakak? "

Thana dengan berani bertanya. Ia tak ingin terus terjebak dalam pemikirannya sendiri.

Chaffinch tak menjawab, tangannya sibuk merapihkan rambut Thana yang tak terlihat berantakan. Itu masih halus dan wangi seperti setelah ia keramas pagi tadi.

"Kenapa? " Chaffinch bergumam rendah menjawabnya.

"Kamu aneh. " Thana semakin berani melontarkan apa yang ia pikirkan. Tak perduli apa yang akan terjadi nantinya, ia hanya ingin kepastian. Kepastian atas apa yang ia terima saat ini.

"Apakah begitu? " Chaffinch berkata acuh.

Thana tak menjawab dengan kata, tapi Chaffinch dapat memastikan jika jawabannya benar.

"Bagaimana menurutmu? Bukankah ini manis? "

Thana dibuat tak mampu berkata-kata setelahnya. Ia bingung, juga takut. Takut akan jatuh pada pesona Chaffinch yang mematikan. Dan tak mampu pergi setelah terperangkap didalamnya.

➹MuteVillainess➷

February 16 2021

Mute VillainessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang