Part 12 | Emosi Caden

11.9K 2K 47
                                    

"Hah~"

Desahan halus keluar dari bibir Thana. Ia memandang langit yang cerah siang itu. Taman belakang benar-benar tempat yang cocok untuk dirinya merenung.

Disini, dia tak perlu lagi memasang pertahanan penuh atas kehadiran orang-orang. Dia bisa bebas melepaskan kewaspadaan nya karena ini sepi.

Tak jarang, ia melamun hanya untuk memikirkan cara untuk menjalankan kehidupannya yang baru disini.

Srek....

Suara daun kering terinjak membangunkan Thana dari lamunannya.

Menoleh kesamping kanan, ia melihat siswa yang harus dihindarinya tengah berdiri diam di sana. Memandang dengan wajah terkejut saat melihatnya.

Ingin berdiri, tetapi itu akan langsung membangkitkan kecurigaan. Ia tak ingin itu terjadi.

Berbeda dengan yang ada di dalam drama, reflek spontan untuk berdiri tidak berpengaruh padanya.

Dibanding itu, ia lebih memilih menunggu hingga siswa itu sampai di tempatnya.

Ia tak yakin, tapi melihat langkahnya yang lurus ke arahnya menegaskan logikanya jika siswa itu memiliki urusan dengannya.

'Apa masalah tadi? '

Batinnya berkata dengan bingung.

Itu alasan yang paling logis dalam pikirannya.

Siswa itu tak akan pernah mendatanginya dengan niat baik. Jika dia tak memiliki maksud, tak mungkin ia berjalan ke arahnya dengan santai.

Kedua tangannya tersembunyi didalam saku celana abu yang ia kenakan, sedangkan wajahnya, tampak tersenyum setengah yang tak bisa dijelaskan apa maknanya.

Thana memilih abai. Jika diteruskan untuk melihatnya berjalan ke arahnya, itu membuat ia tak mampu berpikir jernih.

Segala sesuatu yang berhubungan dengan mereka bukanlah hal bagus untuk kesehatan mental dan fisiknya.

Jadi, mengabaikan yang datang kali ini merupakan hal bagus untuknya.

"Aku tak tahu kamu akan ada disini. "

Dia membuka suara dengan lembut. Tak ada nada kasar dalam penyampaiannya. Ia melakukannya dengan santai tanpa beban.

Thana diam, tak terlihat ingin menanggapinya. Meski begitu, telinganya tetap berfungsi untuk mendengarkan lebih jauh apa yang akan dia katakan.

"Kamu berubah lebih cepat dari yang ku duga. "

Saat mendengarnya, sedikit Thana meliriknya melalui ekor mata. Siswa itu tak memandangnya lagi. Dia terlihat memandang tembok beton di seberang kolam ikan dengan dirinya yang sudah menempatkan posisi di samping kanan Thana.

"Ya. "

Jawaban singkat Thana tak memiliki maksud apapun. Ia sendiri juga bingung dengan kata yang keluar begitu saja dari bibirnya.

"Pftt... "

Tawa kecil terdengar dari bibir tipis siswa itu. Tak tahu apa yang lucu dalam situasi kali ini, Thana memilih diam.

"Tak biasanya kamu pendiam seperti ini. "

Seberapa jauh siswa itu tau tentang diri Cecil, Thana tak tahu. Jika itu Cecil, Thana tak akan lupa. Tapi, ini adalah Thana. Dia berbeda, semua sifatnya bertolak belakang dengan Cecil. Menghadapi situasi yang rumit, Thana belum pernah mengalaminya.

Di kehidupannya dulu, ia hanyalah seorang pecundang yang mengurung diri dalam kamarnya. Tapi, dia masih beruntung memiliki otak yang cerdas. Menjadi pecundang lebih baik dari pada menjadi orang bodoh.

Mute VillainessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang