Tok... Tok... Tok...
"Permisi pak, " sapa Thana dengan mendorong pintu yang terbuka sedikit.
Pertama kali Thana menginjakkan kakinya di ruangan itu, tercium aroma terapi yang menenangkan. Ruangan dengan dominasi cat warna putih itu begitu luas dengan satu set meja kerja dan sofa di sisi lainnya.
"Cecilia Amora Lubis? "
"Iya, pak. "
"Duduk disini. "
Thana berjalan mengikuti perintah kesiswaan. Mendudukkan diri di depan guru yang tak lagi muda dengan meja sebagai pembatas ruang antara keduanya.
"Cecil, apakah kamu memiliki masalah selama bersekolah disini? " Dia berbicara begitu Thana telah mendapatkan posisi nyaman didepannya.
"Tidak. "
Thana menjawab jujur. Dia tak memiliki masalah sejak menginjakkan kaki disekolah ini. Mengenai Tata, itu bukan suatu hal penting yang mengganggunya.
"Baik, kemudian bagaimana keseharian mu di sekolah ini, apakah berjalan lancar? "
"Ya, " jawaban singkat Thana membuat kesiswaan bingung harus membuka inti permasalahan dari mana. Mimik wajah siswinya tak bercelah. Sulit untuknya menentukan apakah ia berbohong atau tidak.
Menghembuskan napas perlahan, kesiswaan menyodorkan sebuah foto ke arahnya.
"Bagaimana kamu akan membuat penjelasan mengenai hal itu? "
Thana melirik sejenak foto di atas meja yang memiliki jarak 50 cm dari tempatnya duduk.
Foto yang diambil memiliki posisi yang sangat bagus untuk membuat orang salah paham.
Thana mengulurkan tangannya untuk mengambil foto itu dan memperhatikannya dengan cermat. Tak ada perubahan pada ekspresinya, yang membuat kesiswaan kembali bingung dengan kepribadian siswinya ini.
"Tak ada. "
Meski jelas untuk melihat jika ia tak melakukan kesalahan apapun, tapi tempat dimana foto itu diambil memang merupakan salah satu pelanggaran mutlak baginya, yang masih berstatus sebagai pelajar.
"Saya mendengar jika kamu salah satu penyebab Tata tidak lolos dalam Olimpiade kemarin. Apakah itu benar? Foto itu menjadi saksinya. "
"Kekalahan Tata tak ada hubungannya dengan saya. Tapi, mungkin berhubungan dengan foto itu. "
"Apa maksudmu? Bagaimana hal itu menjadi 2 kalimat yang saling bertentangan? "
Thana tak menjawab, ia sibuk dengan foto di tangannya. Di foto itu, terlihat dirinya yang tengah di seret oleh seorang pria dengan beberapa pria lainnya yang mengikuti. Itu adegan dimana ia akan melarikan diri dari pria dewasa itu. Sebelum dia tertangkap basah oleh kakaknya.
'Siapa yang membuat skandal ini? '
Kesiswaan dibuat geram akan tingkahnya. Membuat guru itu tanpa sadar memukul meja dengan sedikit keras.
"Cecil, jika kamu memiliki masalah pribadi dengan Tata, selesaikanlah dengan baik. Jangan gunakan hal seperti ini yang dapat merusak masa depan mu. Alangkah baiknya jika kalian saling meminta maaf dan mulai membuka pertemanan. "
Memikirkan jika mereka akan berteman, Thana merasakan dirinya gemetar tanpa sebab. Itu tak akan terjadi. Takdirnya tak mengizinkan ia untuk berjabat tangan dengan Tata dan menjalin hubungan pertemanan. Itu terlalu mustahil untuk diwujudkan.
"Saya mengerti, hanya saja, berteman bukan perkara mudah. Apalagi hanya dengan menyatukan 2 orang yang berbeda dan mengikat mereka dalam status pertemanan. "
KAMU SEDANG MEMBACA
Mute Villainess
FantasyR16+ Dulu, kupikir selama aku diam semua akan baik-baik saja. Kini aku sadar, bahkan dalam sunyi, tak ada tempat bagiku untuk bersembunyi. Dia mampu mengetahui keberadaan ku, bahkan di tempat paling sunyi, dengan bibir tertutup rapat. ➹➷ "Padahal a...