Part 9 | Siswi itu, Cabel Labena

11.9K 1.9K 55
                                    

Suasana didalam mobil mewah terasa sangat suram. Satu diantaranya memancarkan aura negatif hingga membuat gadis di sebelahnya menunduk dengan jantung berdegup kencang.

Pagi tadi, setelah dikejutkan dengan jam yang sudah tak lagi pagi, kini jantungnya kembali bekerja keras karena orang di sebelahnya.

Ucapan yang dikeluarkan Chaffinch di dapur semalam, terealisasikan kini. Thana dengan canggung duduk di sebelahnya.

Memainkan ujung-ujung jarinya dan menunduk dengan pikiran kosong. Thana terbiasa tak memikirkan apapun saat berdekatan dengan kakaknya, Chaffinch. Jika bukan pikiran negatif maka hanya pikiran kosong.

Thana tak bisa memikirkan sesuatu yang positif saat aura yang di keluarkan pria di sampingnya justru berbanding terbalik dengan dirinya.

Seperti gaya magnet, ia dan Chaffinch tak akan pernah bisa jika disatukan. Bukan tarik menarik yang terjadi, melainkan saling mendorong. Tak ada kecocokan di antara keduanya.

Sepanjang jalan hanya keheningan yang mengisi. Sebagian besar karena keduanya yang tidak terbiasa berbicara banyak. Sebagian kecil lainnya, karena interaksi di antara keduanya yang terbilang kecil.

Thana tak ingat, ah, lebih tepatnya, memori Cecil tidak lengkap. Jadi, ia tak dapat menjelaskan kapan tepatnya hubungan ini menjadi sangat canggung seperti ini.

Dalam buku yang dibacanya, ia tak pernah di berikan deskripsi jelas mengenai kerenggangan yang terjadi di antara hubungan kakak-adik ini. Cerita hanya menjelaskan sebagian besar nya. Tidak menjelaskan detail kecil seperti masa kecil Cecil atau, apa penyebab ia di adopsi keluarga ini.

Bahkan Cecil tak pernah mendapatkan marga keluarga angkatnya dalam kartu namanya. Itu seperti kebencian keluarga angkatnya sudah mendarah daging bahkan sebelum sifat Cecil yang seperti saat ini.

Semua ada alasannya, Thana tahu itu. Tapi, dengan memori yang tidak lengkap, Thana tak dapat mengetahui lebih dari ini.

'Biarkan semua berjalan seperti biasa. '

Mobil berhenti di depan pagar tinggi sebuah sekolah swasta dengan standar internasional. Setelah pamit dengan singkat, Thana pergi memasuki wilayah sekolah.

Seperti hari-hari biasanya, semua sama saja. Dengan tatapan yang mengiri langkahnya, Thana mencoba acuh. Ia masih tak terbiasa dengan itu.

Terkadang, masih tersisa perasaan takut saat banyak mata mengiringi langkahnya. Mata yang mengintainya tanpa henti seakan membuat ia seperti penjahat yang akan di hukum mati di hadapan rakyat. Sangat mengerikan.

Menghembuskan napas kasar, ia kembali berjalan. Di depan sana, tepatnya di lorong sepi di dekat tangga, terdapat beberapa siswi yang berkumpul.

Thana acuh, itu sudah biasa. Tapi, ada satu hal yang tidak biasa. Di antara siswi yang berdiri menghadap tembok dengan jarak yang bisa dikatakan dekat, terdapat seorang gadis yang sempat menabraknya di kantin kemarin.

Tata.

Gadis yang dicintai hampir semua pria di sekolah ini karena sifat lembutnya, juga banyak mendapatkan teman di sekolah ini karena senyum manisnya, kini terlihat sedang di bully.

Sebaik apapun seseorang, Thana tak pernah menganggap itu adalah berkah. Thana tak pernah memperlihatkan sisi baiknya selama ia hidup. Sikap cueknya pada sekitar dan ketakutannya pada orang-orang yang di temui membuat Thana terlalu canggung untuk mengulurkan bantuan.

Meski begitu, Thana tau dia tak bisa mendekati seseorang yang terbully. Dia pernah menjadi korban, perasaan akrab seperti itu, ia tak akan pernah melupakannya.

Mute VillainessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang