Buat yang kangen sama Thana,
Happy reading!!
...
"Cecil, tahukah kamu? Aku sangat tidak menyukai ekspresi siswa itu. "
Cabel berbicara dengan menggebu-gebu. Tangannya berpindah dengan cepat antara makanan didepannya dengan mulutnya.
Thana yang melihat tingkah Cabel hanya tersenyum kecil. "Kenapa kau sangat tidak menyukainya? "
Menelan makanan, lantas ia menjawab, "siswa itu sombong. Ia terlalu memandang tinggi dirinya. "
Thana membenarkan ucapan Cabel di dalam hatinya. Aldy memang sombong, tapi tidak ada yang bisa menaklukan nya selain Tata.
"Kamu benar. "
Dengan bangga, Cabel mengibaskan udara di lehernya dengan tangan.
Thana tertawa kecil melihatnya. Cabel melakukan tindakan seperti kebanyakan gadis dengan rambut di gerai, tapi Cabel mencepol 2 rambutnya hingga tak ada satu rambut pun yang terjuntai.
"Apa yang kamu kibaskan? Rambutmu tidak ada yang terjuntai. "
Thana menutup bibirnya dengan punggung tangan saat lagi-lagi ia tertawa melihat kelakuan Cabel.
"Kibasan angin, " jawabnya acuh.
Tangannya tak berhenti memasukkan makanan ke mulutnya. Pipinya menggembung oleh makanan, terlihat lucu dengan bola mata besarnya.
Di tengah tawanya, seorang siswa mencuri perhatian dari mereka.
"Permisi, boleh aku duduk dengan kalian? "
Dia tersenyum sopan pada mereka. Tangannya membawa nampan berisi satu mangkuk bakso dengan es jeruk.
"Silahkan."
Cabel melanjutkan makannya tanpa terganggu dengan kehadiran siswa itu.
"Kenapa disini? " tanya Thana memandang bingung siswa itu.
"Tidak ada bangku yang kosong. Semua sudah terisi. "
Thana mengedarkan pandangan ke sekeliling. Memang benar, semua telah diisi. Hanya meja ini yang memiliki bangku lebih. Tapi, tidak ada orang yang berani meminta izin padanya untuk ikut bergabung.
Tanpa menjawab, Thana kembali memandangi Cabel yang terlihat lucu dengan pipi yang penuh dengan makanan.
Melihat Thana yang tidak makan, Siswa di sampingnya bertanya, "Cecil, tidakkah kamu makan? "
Thana terdiam sejenak sebelum menjawab, "tidak. "
Siswa itu mengangguk dan melanjutkan makan. Kini, Thana yang membuka suara untuk bertanya, "Caden, tidakkah kamu bersamanya? "
"Siapa? "
Tanpa menjawab, Thana mengarahkan pandangannya pada meja di tengah sana. Caden mengikuti arah pandangan Thana guna menemukan jawabannya.
Thana sedari tadi sudah dibuat risih akan tatapan yang di layangkan Tata kepadanya.
"Buat apa? " Caden bertanya acuh. Tangannya kembali menyendokkan bakso ke mulut.
"Entahlah. Tapi, tatapannya seakan-akan ingin menenggelamkan ku karena duduk dengan mu. "
Thana berkata jujur.
"Tidak mungkin. "
'Kamu mungkin tidak tahu. Tapi, aku lebih tahu dari siapapun. '
Thana terdiam. Hanya batinnya yang berbicara membalas ucapan Caden. Memandang datar Tata disana, Thana lantas mengalihkan pandangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mute Villainess
FantasyR16+ Dulu, kupikir selama aku diam semua akan baik-baik saja. Kini aku sadar, bahkan dalam sunyi, tak ada tempat bagiku untuk bersembunyi. Dia mampu mengetahui keberadaan ku, bahkan di tempat paling sunyi, dengan bibir tertutup rapat. ➹➷ "Padahal a...