'Jika berbicara dapat membuatku tetap hidup, aku rela membiarkan diriku keluar dari zona nyamannya. '
~ Thanaya Vebryana
...
"Papah sama mamah tidak datang? "
Thana berbicara memecahkan hening yang menyelimuti di dalam mobil. Chaffinch terlihat sibuk dengan laptop di hadapannya.
Tak sekalipun ia menoleh untuk melihat sang adik meski ia telah memberikan penampilan yang spektakuler tadi.
Ketikan pada keyboard di laptop terhenti begitu Chaffinch mendengar pertanyaan yang keluar dari bibir adiknya. Sejenak, ia terdiam, tenggelam dalam pikirannya.
"Tidak. " Dia kembali melanjutkan gerakan jarinya setelah menjawab pertanyaan Thana.
Thana terdiam. Dia tak tahu alasan sebenarnya mengenai ketidakhadiran kedua orang tua Cecil saat ini. Hal itu tak pernah di jelaskan, bahkan sampai novel itu tamat.
Suasana kembali hening, terkecuali suara ketikan keyboard yang di hasilkan jemari Chaffinch.
15 menit berada dalam keheningan, mobil tiba di rumah besar mereka. Chaffinch lebih dulu keluar sebelum di susul Thana.
"Ikut aku. "
Tanpa menjawab, Thana mengikuti di belakang Chaffinch dengan pikiran melayang.
Sangat jarang Chaffinch terlibat obrolan dengan adiknya. Jika pun ada, hal itu tak lebih dari kenakalan yang di lakukan Cecil pada Tata.
Tapi, kini bahkan Thana tak pernah mendekati Tata. Juga, kakaknya belum memiliki obsesi pada Tata kemarin.
Didalam ruangan dengan penerangan yang mengandalkan cahaya dari jendela di belakang Chaffinch, membuat sosoknya terlihat misterius.
Wajahnya tidak memiliki ekspresi, terlihat seperti tidak memiliki emosi di dalam diri. Thana tahu itu. Tapi, begitu melihat sosoknya langsung seperti ini, Thana merasa tertekan akan auranya yang kuat.
Suasana berubah beberapa detik setelah Thana berdiri kaku di depan meja yang menjadi jarak di antara mereka.
"Siapa yang mengizinkan mu untuk tampil? "
Suara tanpa intonasi keluar bersama udara yang semakin dingin mencekam. Jiwa Thana tertekan di bawah kendalinya.
Bibirnya kelu untuk mengeluarkan bahkan satu kata. Berdiri diam di bawah pengawasan mata setajam elang membuat Thana terpaku.
Chaffinch dengan sabar melihat setiap gerakan tubuh dari adiknya. Tak satupun dari gerakan itu yang luput dari matanya.
Bahkan kedipan mata yang terjadi, Chaffinch dengan pasti mengetahui jumlahnya.
"Kenapa diam? "
Sekali lagi, suara itu mengontrol udara di ruangan. Membuat Thana banjir keringat dingin di punggungnya.
Bibirnya masih kelu. Ia menatap ke lantai, tak mampu menatap langsung pada retina mata se-hitam malam milik Chaffinch.
Gelengan pelan dari kepalanya mewakili bibirnya yang tertutup rapat. Tak mampu tertarik atau bahkan terbuka untuk mengeluarkan barisan alfabet.
"Ada apa dengan mu? Bukankah tadi kamu sangat ceria di atas sana? "
Senyum meremehkan terlukis indah di bibir tipisnya yang tak pernah mengeluarkan senyum tulus.
Bibir yang terbiasa bungkam akan semua kelakuan Cecil, kini terbuka hanya untuk mendapat jawaban.
"T-tidak a-ada. "
KAMU SEDANG MEMBACA
Mute Villainess
FantasiaR16+ Dulu, kupikir selama aku diam semua akan baik-baik saja. Kini aku sadar, bahkan dalam sunyi, tak ada tempat bagiku untuk bersembunyi. Dia mampu mengetahui keberadaan ku, bahkan di tempat paling sunyi, dengan bibir tertutup rapat. ➹➷ "Padahal a...