Keluarga Son memiliki kebiasaan khusus yang diperuntukkan untuk semua anggota keluarga yang memasuki usia 17 tahun. Mereka yang berusia 17 tahun akan mendapat pelatihan khusus seperti sekolah militer selama setahun.
Berbeda dengan wajib militer yang diwajibkan oleh pemerintah, kebiasaan ini ditunjukkan agar setiap anggota keluarga menjadi disiplin, memiliki mental yang kuat dan dapat menjaga diri mereka sendiri nanti. Maka tidak heran jika keluarga Son rata-rata memiliki postur tubuh lebih besar dan tinggi karena pelatihan.
Tidak terkecuali Eunseo, ia sudah menyelesaikan pelatihannya lima tahun yang lalu. Meskipun telah menyelesaikan pelatihannya, Eunseo masih rutin melakukan latihan sendiri. Tidak heran jika Eunseo mampu menggendong Bona dari halte bus hingga rumah sakit.
Saat ini, Eunseo masih menemani Bona di rumah sakit. Mereka sedang berada di salah satu ruang inap di rumah sakit. Karena alasan keamanan, Bona meminta untuk diobati di ruang khusus untuk menjaga identitasnya. Akhirnya perawat menyiapkan ruang VIP untuknya.
Lengan Eunseo sedikit kaku setelah menggendong Bona, sehingga Eunseo melakukan sedikit perenggangan. Hal itu membuat perawat yang membalut kaki Bona menjadi sedikit tidak fokus.
"Terimakasih sudah membantuku" Ujar Bona tiba-tiba.
Eunseo menghentikan gerakannya lalu mendekati bangsal yang digunakan Bona. "Tidak masalah, aku tahu bagaimana rasa sakitnya. Kau pasti tidak nyaman."
Eunseo memang pernah terkilir karena tidak hati-hati saat menggunakan sepatu hak 12 cm miliknya. Waktu itu ia hanya ingin mencoba high heels baru hadiah dari sang kakak, namun malah terkilir. Sepatu itu sekarang hanya terpajang di lemari sepatu milik Eunseo karena Eunseo jarang menggunakannya. Eunseo lebih sering menggunakan heels dengan hak 3 cm atau 5 cm. Menurutnya ia sudah tinggi jadi tidak perlu menggunakan sepatu berhak tinggi lagi.
"Jika bukan karenamu mungkin sekarang sudah ada berita tentang diriku. Sekali lagi terimakasih." Bona memandang Eunseo dengan lembut dan menampilkan senyum manisnya.
Eunseo membalas tatapan Bona lalu tersenyum juga. "Sama-sama, aku senang membantumu."
Akhirnya mereka saling pandang dan menebar senyum. Perawat yang melihat keharmonisan pasangan itu, hanya mampu melirik mereka dengan iri. Rasanya ingin segera keluar dari ruangan ini.
"Maaf mengganggu, kaki Nona Bona sudah saya obati. Sebaiknya Tuan menjaganya dengan hati-hati. Cederanya mungkin akan sembuh 3 hari kemudian. Saya permisi dulu." Tak berselang lama, sang perawat akhirnya izin keluar.
Eunseo menoleh lalu mengizinkan perawat itu pergi kemudian kembali melihat Bona yang masih saja menatapnya sambil tersenyum. Entah apa yang sedang Bona pikirkan, Eunseo tidak tahu.
"Kau kenapa?"
"Ah? Tidak. Aku tidak apa-apa." Bona tergagap menjawab pertanyaan Eunseo karena ketahuan masih memandangi 'pria ini'.
"Ya sudah, aku akan mengantarmu pulang." Eunseo beranjak dari tempatnya berniat membereskan barang-barang yang mereka bawa.
"Tunggu!"
Eunseo berhenti beranjak saat tangan halus menarik kaosnya. Eunseo menoleh melihat pelaku penarikan.
"Ada yang ingin ku bicarakan denganmu."
Eunseo kemudian tersenyum, "Aku mengerti dan aku juga tahu yang ingin kau katakan."
"Kau tahu?" Bona menatap heran terhadap Eunseo. Bagaimana orang ini bisa tahu apa yang akan aku katakan? Apa Son Juyeon tipe orang yang mengikuti gosip?