Denting jam menemani Bona dari dinginnya malam. Duduk di tengah-tengah keremangan dengan sebotol anggur merah yang disediakan untuknya. Botol itu bahkan sudah hampir kehilangan semua isinya.
Mata Bona terus menatap bulan yang tertutup awan dari balik kaca tebal hotel. Ia sedang merenungkan sesuatu sambil sesekali menyesap gelas anggurnya.
Sudah 2 jam Bona seperti ini. Tidak mengatakan apapun dan tetap memandang bulan. Sampai-sampai seseorang yang menemaninya menjadi kesal.
"Jika kau merindukannya seperti ini, kenapa memintanya untuk pergi?"
"...."
"Aish~ kau- ck... sudah 140 menit kita di sini tapi kau hanya diam setelah memintaku mengisi gelasmu? Apa aku di sini sebagai pelayanmu ha?"
"...."
"Baiklah, aku tidak akan protes kau menjadikanku pelayan saat ini tapi... yak! Aku masih seorang pria dan kau mengajakku ke hotel? Apa yang akan dipikirkan media jika mengetahui ini semua? Jangankan media, bagaimana jika orang-orang dan ayahmu tahu? Atau mertuamu tahu? Kau ingin pensiun ha? Jika kau ingin pensiun, jangan mengajakku, mengerti?!"
"Apa mendua itu mengasikkan?" Akhirnya Bona bersuara.
"Ha? Apa?" Pria yang sempat memarahi Bona seketika menjadi bingung.
"Jika dia bisa bermain-main di belakangku, kenapa aku tidak bisa main-main di depannya?"
"Kau ini bicara apa?"
"Oppa!" Bona menatap pria di depannya. "Tidurlah bersamaku."
....
Luda sekarang sedang bekerja sebagai kasir di kedai milik ibu Dawon. Ya, dia menerima tawaran Dawon pada akhirnya. Sudah dua minggu ini ia bekerja.
Luda melayani pembeli dengan sangat baik. Banyak pengunjung yang menyukai senyum kasir cantik itu. Namun ketika mereka mengetahui perut buncit Luda, mereka hanya bisa kecewa.
Ibu Dawon selalu mengatakan jika Luda adalah menantunya sehingga Luda tidak pernah diusik oleh pria-pria nakal yang kadang mampir di kedai. Meskipun banyak gadis-gadis belia penggemar Dawon menjadi kehilangan harapan, Nyonya Nam tidak peduli.
Menurut beliau, dengan mengakui Luda sebagai menantunya itu akan menyelamatkan Luda dari pria-pria hidung belang dan Dawon dari bocah-bocah sekolah yang masih sangat terlalu belia untuknya.
Terkadang beliau juga berpikir mengapa putranya terlalu tampan dan baik? Itu cukup meresahkannya. Meskipun tampan dan baik, mengapa Anaknya itu tidak pernah mengenalkan seorang gadis kepadanya dan malah mengenalkan Luda yang sudah tidak gadis?
Nyonya Nam juga sempat berpikir jika Dawon menyukai Luda tapi ketika ditanya Dawon mengatakan bahwa ia hanya ingin membantu Luda. Tapi jika memang Luda menjadi menantunya, Nyonya Nam tidak keberatan. Karena terlepas dari masa lalu Luda, Luda sebenarnya adalah perempuan yang baik.
Nyonya Nam juga menyukai Luda karena ia begitu cantik, rendah hati dan sangat ramah. Melihat Luda seperti melihat dirinya di masa lalu. Oleh karena itu, beliau sangat menerima Luda di kedainya.
"Jika lelah, beristirahatlah. Jangan memaksakan diri. Kau harus menjaga kandunganmu." Ucap Nyonya Nam sambil mengelus lengan kemudian perut Luda.
Luda senang Nyonya Nam begitu memperhatikannya. "Saya baik-baik saja. Bibi tidak perlu cemas."
"Bibi mengerti, tapi tetap ingat. Beristirahatlah jika memang lelah, mengerti?"
"Saya mengerti. Terima kasih Bibi."
"Santai saja. Kau sudah ku anggap sebagai putriku sendiri, jadi jangan sungkan-sungkan."
Kemudian Nyonya Nam mengajak Luda mengobrol bersama beberapa pegawainya karena pengunjung sedang tidak ada. Para pegawai juga menyukai Luda karena sikap rendah hatinya.