Setelah mengatakan sesuatu, orang yang menodongkan pistol pergi bersama komplotannya dan meninggalkan Juyeon tergeletak tak berdaya di bahu jalan. Padahal Eunseo menduga jika orang itu akan menembak kepala kakaknya tapi ternyata tidak. Mereka masih membiarkan Juyeon hidup.
Jika boleh jujur, sebenarnya ada sedikit niat jahat di hati kecil Eunseo. Ia berharap orang itu menembak Juyeon sehingga ia bisa lega Bona tidak menjadi milik kakaknya lagi. Tetapi akal dan hati nurani Eunseo menolak pemikiran itu.
Akal Eunseo masih sehat dan hati nuraninya sangat luas, tidak mungkin ia membiarkan kakaknya mati begitu saja. Lagi pula sekarang ia bersama sang ibu.
Setelah memastikan para penjahat itu pergi, ia hendak turun untuk membantu Juyeon. Akan tetapi tangannya ditahan oleh ibunya. Eunseo langsung menoleh.
Terlihat Nyonya Son seperti orang yang sangat ketakutan dan memiliki kecemasan yang tinggi. Cengkraman Nyonya Son semakin kuat di tangan Eunseo hingga Eunseo merasa sakit di lengannya.
"Eomma! Ada apa? Kau kenapa? Apa kau baik-baik saja?" Eunseo yang khawatir langsung membrondong ibunya dengan pertanyaan tentang keadaan sang ibu.
Nyonya Son tidak memberi tanggapan. Pandangannya seperti orang linglung, matanya diselimuti ketakutan, tangannya bergetar meskipun memiliki cengkeraman yang kuat kemudian tiba-tiba beliau menangis sambil mengacak-acak rambutnya.
Eunseo yang melihat itu, tentu bingung dengan apa yang terjadi pada ibunya. Ia tidak pernah melihat ibunya seperti ini sebelumnya. Di sisi lain Eunseo juga harus segera menolong Juyeon. Akhirnya Eunseo mengambil ponselnya dan menghubungi ayahnya.
....
"Oh, Kau ternyata teman Eunseo?"
"Hm, iya. Kami teman dekat."
"Aku juga teman dekatnya dulu waktu SMP. Tidak ku sangka dunia ini ternyata memang sempit."
"Sungguh?"
"Iya, sungguh."
"Wah! Ternyata kita memiliki teman yang sama."
"Kita memiliki teman yang sama, tetapi baru sekarang kita mengetahui ini, kenapa kita ini lucu sekali? Hahaha."
"Hahaha, benar. Bahkan ku kira dari dulu Eunseo tidak memiliki teman dekat selain aku. Hahaha..."
Dua gadis muda saling bercerita satu sama lain, menghiraukan gadis yang lebih berumur. Mereka adalah Dayoung dan Yeoreum. Dayoung dan Yeoreum adalah teman satu kelas saat SMA dan mereka sama-sama berteman dengan Eunseo.
Ketika SMP, Dayoung sekelas dengan Eunseo sehingga mereka bisa dekat. Namun saat kenaikan kelas, Dayoung tinggal kelas sehingga Eunseo lulus terlebih dahulu. Kemudian mereka kehilangan kontak masing-masing karena Eunseo pindah ke Seoul tanpa mengabari Dayoung.
Saat memasuki masa SMA, Dayoung berhijrah ke Seoul lalu bertemu dengan Yeoreum dan kemudian menjadi teman sekelas yang akrab karena sifat Dayoung yang humoris. Mereka juga seumuran.
Ketika memasuki universitas, mereka berkuliah di universitas yang sama namun berbeda jurusan sehingga mereka berdua masih sering berhubungan walau tidak sesering sebelumnya.
Sedangkan Yeoreum, ia menjadi dekat dengan Eunseo karena mereka adalah teman sejak kecil dan mereka juga bertetangga dulu. Mereka sempat terpisah karena Eunseo yang lagi-lagi harus mengikuti ayahnya berpindah - pindah tempat. Mereka kembali dipertemukan saat Eunseo menetap di Seoul.
Eunseo memang tidak memiliki banyak teman karena dulu keluarga Son adalah salah satu keluarga terkaya di Korea sehingga membuat Tuan Son melarang Eunseo berteman dengan sembarang orang karena khawatir dan takut dia hanya dimanfaatkan oleh temannya dan juga mereka sering berpindah tempat karena tuntutan bisnis Tuan Son sehingga Eunseo jarang mengenal teman sebayanya.