Senandung burung saling bersautan. Embun pagi menetes dari daun ke daun. Jingga memudar berganti warna kehidupan. Sinar mentari mulai merambat melalui cela gorden jendela kaca.
Dua orang berada dalam sebuah kamar. Napas teratur masih terdengar dari salah satu di antara mereka. Sedangkan yang lainnya mulai terusik oleh cahaya yang mengenainya.
Eunseo menyipitkan matanya karena sinar matahari tepat mengenai wajahnya. Kemudian ia merenggangkan badannya yang terasa kaku karena tidur di sofa. Apartemen Juyeon hanya memiliki satu kamar sehingga Eunseo harus mengalah pada gadis yang tidur di ranjangnya sekarang. Jika bukan karena tingkah gadis itu semalam, ia tidak akan tidur di sofa.
Sesaat kemudian ia bangkit menuju kamar mandi. Usai mencuci muka dan menyikat giginya serta sedikit memperbaiki penampilannya, Eunseo berniat untuk membuat sarapan.
Melihat seseorang yang semalam bersamanya yang kini masih terlelap, Eunseo merasa kasihan bercampur kesal. Eunseo mencoba mengabaikan dan pergi ke dapur untuk membuat sarapan.
Beberapa menit setelah Eunseo pergi, gadis yang tadi masih terlelap mulai membuka matanya. Sambil memegang kepalanya dan mengernyitkan mata, gadis itu pun bangun menahan rasa pusing yang hinggap.
Pandangannya menyapu ruangan yang asing baginya. Setelah mengingat-ingat apa yang terjadi semalam, Bona membelalakkan matanya lalu menghela napas kasar dan melorotkan kembali tubuhnya. Ia ingat jika semalam ia mabuk dan melakukan hal yang aneh-aneh, sungguh memalukan.
Bukannya bangkit untuk sekedar menyikat gigi, Bona malah kembali menutup tubuhnya dengan selimut. Ia merasa sangat malu. Bagaimana ia harus menghadapi 'Juyeon' atas tindakannya? Seharusnya semalam ia tidak minum terlalu banyak.
Beberapa saat kemudian Bona kembali bangkit. Ia memperhatikan kamar Juyeon. Ruangan itu cukup rapi dan tertata dengan baik. Bona sedikit kagum dengan 'Juyeon' atau yang lebih tepatnya Eunseo karena meskipun ia seorang 'pria', namun ia mampu melakukan pekerjaan rumah sendiri. Tidak seperti dirinya yang masih mengandalkan jasa pembersih meskipun ia tinggal di apartemennya sendiri.
Suara pintu terbuka mengalihkan pandangan Bona dari foto yang terbalik di sudut nakas. Bona langsung menoleh dan mendapati Eunseo.
"Oh! Kau sudah bangun?" Eunseo berjalan mendekati Bona. "Apa kepalamu pusing?"
"Sedikit." Dengan tertunduk Bona menjawab.
"Apa perlu minum obat?"
"Tidak perlu. Aku bisa mengatasinya." Bona masih tertunduk tidak berani menatap Eunseo. Ingatan semalam membuatnya malu melihat Eunseo.
"Baiklah, jangan lupa cuci mukamu atau jika kau ingin mandi, silahkan. Semua yang kau perlukan ada di kamar mandi. Aku sudah menyiapkannya tadi. Pintu kamar mandi ada di sana. Aku sedang membuat sarapan untuk kita. Setelah selesai, segeralah keluar untuk sarapan."
Eunseo kemudian pergi setelah memberitahu Bona. Bona menatap kepergian Eunseo hingga pintu tertutup kembali. Setelah itu Bona segera bangkit menuju kamar mandi yang berada di dalam kamar. Ia ingat jika semalam ia tidak menghapus make up-nya sehingga ia harus segera membersihkannya.
Sesampainya di kamar mandi dan hendak membersihkan riasan wajahnya, Bona sedikit terkejut karena ia melihat jika wajahnya sudah bersih dari make up dan hanya menampilkan wajah aslinya ketika bangun tidur. Untung wajahnya tetap cantik meski tanpa riasan.
Apa dia membersihkan wajahku semalam? Mengapa pria itu selalu baik?
Bona memutuskan untuk mencuci wajahnya dan menyikat giginya. Di wastafel sudah tersedia sikat gigi baru untuk Bona yang disediakan Eunseo, sehingga Bona tidak khawatir untuk menyikat giginya.
![](https://img.wattpad.com/cover/269042376-288-k229120.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Sorry
FanfictionMenyamar menjadi laki-laki demi menyelamatkan banyak orang, itulah yang dilakukan Son Eunseo. Dia bukan superhero dengan kemampuan di luar nalar. Dia hanya gadis biasa yang mencoba menerima keadaan. Kim Bona wanita cantik dengan segudang prestasi di...