Mencicipi Musim Semi

3.5K 347 3
                                    

Bona masih menahan rasa aneh dalam tubuhnya. Ia merasakan seperti ada sesuatu yang tidak benar. Kenapa tubuhnya terasa seperti ada gairah yang ingin dilampiaskan? Badannya juga terasa semakin panas. Hal ini sangat mengganggu, pikir Bona.

Mendengar desisan Bona dan pergerakan yang terus menerus darinya, membuat Eunseo sedikit khawatir. "Apa kau baik-baik saja?"

"Aku baik-baik saja."

"Kau yakin? Wajahmu semakin memerah."

Bona tidak menjawab dan terus berdesis kegerahan. Ia tidak tahan dengan apa yang ia rasakan. Namun Bona tidak dapat mengendalikan tubuhnya.

Eunseo yang melihat Bona mulai bertingkah aneh menjadi semakin khawatir. Ia khawatir jika Bona sakit atau sebagainya.

Akal sehat Bona perlahan menghilang meskipun ia terus mendorongnya untuk tetap sadar. Namun berbeda dengan tubuhnya yang terus melawan dan memaksanya untuk melampiaskan 'sesuatu'.

"Juyeon-ssi! Aku tidak tahan lagi. Maafkan aku."

Bona langsung menerjang Eunseo yang kebingungan. Ia duduk di atas perut Eunseo. Eunseo yang masih kebingungan, terkejut dengan tingkah Bona.

"Apa yang ingin kau lakukan?" Eunseo melihat Bona yang melepas hampir semua kancing kemejanya, Eunseo lalu menghentikan tangan Bona sebelum semua kancing terbuka. "Ada apa denganmu?" Eunseo menatap mata Bona yang sayu.

"Aku tidak tahu, sepertinya ada sesuatu di makananku tadi. Aku sudah tidak tahan, tolong bantu aku mendapatkan penetralisir."

Seketika Eunseo teringat akan obat yang ia masukkan ke dalam minuman Bona. Jadi itu bukan vitamin? Apa mungkin itu obat perangsang? Siapa yang menyiapkan itu semua? Bagaimana aku bisa menghadapi wanita ini sekarang. Tidak mungkin aku memberikan penetralisir bukan?

Saat Eunseo asik dengan pikirannya, Bona menepis tangan Eunseo yang menahannya. Kemudian ia melepas semua kancing dan menanggalkan kemejanya.

Ketika Eunseo tersadar, Bona hanya memakai bra merah dan pants yang hampir terlepas namun Eunseo menghentikannya kembali. "Bona-ssi! Sadarlah! Kita tidak bisa melakukannya."

Eunseo ketakutan namun ia tetap mengakui jika tubuh Bona sangat menggoda. Lagi pula mereka berdua seorang wanita bagaimana mereka bisa melakukan hal itu, pikir Eunseo.

"Ku mohon bantu aku! Aku sungguh tidak tahan." Bona sudah kehilangan akal sehatnya.

Tanpa basa-basi lagi, Bona meronta melepaskan tangannya dari genggaman Eunseo yang menahannya. Eunseo mencoba untuk menahan kembali tetapi Bona juga memberi perlawanan hingga ia mampu menyerang leher Eunseo dengan bibirnya.

Merasakan bibir Bona di lehernya, timbul sensasi aneh yang Eunseo rasakan. Ada rasa geli yang membuat candu. Ia hampir terbuai oleh sentuhan Bona. Eunseo tidak pernah menyangka dan menduga jika ia akan diperkosa oleh istrinya sendiri.

Saat Bona merasakan jika tidak ada perlawanan lagi dari Eunseo, ia mulai menuntun tangan Eunseo untuk menyentuh tubuhnya. Bona mengarahkan tangan Eunseo ke dadanya yang masih tertutup bra.

....

Pagi menjelang. Aroma lautan sangat mendominasi udara karena kapal memang telah berada di tengah laut. Para awak kapal terlihat sibuk, karena sore nanti kapal harus kembali ke dermaga dan para pelayan juga sibuk melayani para tamu yang ingin sarapan atau layanan kamar lainnya.

Bona terbangun lebih dulu dari Eunseo. Ketika membuka matanya, Bona melihat bidang datar yang empuk. Ia kemudian mencoba bangkit dari tidurnya namun tekuk nya terasa sakit. Bona reflek terpejam merasakan sakitnya. Ia pun memijat pelan tekuknya.

...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang