Menagih Janji

3.1K 321 109
                                    

3 bulan kemudian.

"Terima kasih banyak." Sosok gadis terlihat membungkuk di hadapan layar komputer. Ia memasang senyumnya usai memberi penghormatan.

Setelah mematikan layar, senyum gadis itu menghilang. Kemudian ia berdiri lalu berjalan sambil menarik rambut panjangnya yang ternyata palsu.

Gadis itu menghepaskan tubuhnya ke kasur kemudian menghembuskan nafas lega. Menutup matanya sejenak dan bergumam. "Setelah sekian lama, akhirnya aku lulus."

Kemudian gadis itu membuka matanya dan membalikkan tubuhnya menyamping. Ia melihat foto keluarganya yang berada di samping tempat tidurnya karena merindukan mereka yang jauh darinya.

Bagaimana kabar mereka? Apa ibu sudah membaik? Apa ayahnya baik-baik saja? Apa kakaknya sudah sadar?

"Eomma~ Appa! Akhirnya aku berhasil mendapatkan ijazahku. Oppa! Kau tidak akan bisa mengejekku lagi." Hembusan napas berat terdengar. "Sayangnya kita tidak bisa merayakannya. Kita tidak bisa minum bersama. Tidak bisa pergi ke restoran hotpot. Tidak bisa..." Gadis itu menutup wajahnya dengan kedua tangannya dan mulai menangis.

Sambil menangis ia berucap, "Aku merindukan kalian."

Setelah cukup menangis, gadis itu mengusap air matanya seperti anak kecil. Bibirnya pun masih saja melengkung kebawah. Kemudian ia mengubah posisinya menjadi duduk bersila di atas kasur.

Ia beralih pada album foto di samping foto keluarganya. Kemudian meraih album foto itu dan membawanya ke pangkuannya.

Gadis itu membuka album tersebut. Di dalamnya terdapat kumpulan gambar dan foto dari majalah yang sudah ia potong dan bentuk sedemikian rupa.

Pada lembar akhir dalam album menunjukkan foto paling besar dari orang yang sama seperti potongan-potongan sebelumnya. Air mata gadis itu mulai muncul kembali.

"Aku juga merindukanmu. Saaangat merindukanmu. Ku harap kau juga begitu."

Gadis itu kemudian menutup album itu dan meletakkannya di samping. Ia mengambil bantal lalu memukul-mukul bantal itu dengan brutal. Ia melepaskan semua emosinya pada bantal yang tidak bersalah.

Tak lama gadis itu mulai berteriak. "Aaaagggrrr!! Kenapa kau sangat kejam?! Kenapa kau melakukan ini?! Kau bodoh! Kau idot! Kau brengsek! Kau tahu? Rasanya aku ingin membawamu dan mengatakan semuanya tapi aku tidak bisa! Kenapa?! Kenapaaa?! Aaaagggrrr!!"

....

Beberapa jam sebelumnya.

"Meeting is over. Thank you for your cooperation, guys. Enjoy your lunch and... good afternoon!"

Eunseo membungkuk sebelum pergi. Ia bergegas keluar dari ruang rapat karena dikejar waktu.

"Sir!"

Eunseo menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang. Seorang perempuan menghampiri dirinya lalu memberikan sebuah paperbag.

"What's this?"

Dengan malu-malu perempuan itu berkata, "I thought you like Korean food so I made it for you. I hope you like it."

Eunseo mengangguk mengerti. "Thank you so much for the food. Umm... can I go now?"

"Oh, yes. Sure."

Sebelum pergi Eunseo berkata, "Don't forget to your lunch, Miss Jennie."

Jennie menatap punggung Eunseo yang telah menjauh. "Why you are so handsome and cool with your charm, Mr. Juyeon? You are so hot with the suit. You are still very young but you-"

I'm SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang