Saat ini Pa Wahyu sedang membawa Ara ke rumah sakit terdekat dengan kecepatan di atas 60 km/jam. Di dalam mobil itu ada Chika yang memberikan paha nya untuk dijadikan bantal kepala oleh Ara.
Chika terus menepuk pipi Ara berharap Ara akan bangun dan membuka kedua matanya. "Raa bangun Raa." Perintah Chika khawatir dan matanya berkaca kaca.
Ara tidak membuka kedua matanya hingga sampai di Rumah Sakit Sentosa Jakarta, teman teman Ara pun ada di belakang mobil Ara mengikutinya menggunakan taxi online.
Perawat dari UGD sudah bersiap menyiadakan brankar untuk membawa Ara masuk ke dalam ruangan. Semua perawat membantu Untuk memindahkan ara ke brankarnya.
"Satu.. dua.. tiga.." Perawat berhasil memindahkan Ara dari mobil ke brankar sekarang brankar Ara sudah di dorong oleh beberapa suster dan Chika di belakangnya.
Ara mulai memasuki ruangan dan Chika yang mengerti ia langsung berdiam diri di depan pintu ruangan, teman teman Chika menatap Chika seakan Chika lah yang membuat Ara seperti ini, kecuali Eli dan Jessi. Mereka tidak bisa menyalahkan Chika sebagai penyebab dari jatuh sakitnya Ara ini.
15 menit sudah doker memeriksa Ara hingga akhirnya dokter menemui orang orang mengantarkan Ara ke Rumah Sakit itu.
Dokter itu berjalan dengan jas putihnya juga stetoskop yang mengalung di leher.
"Ara gapapa kan dok?" Tanya Jessi dengan khawatir menatap dokter agar jawaban yang di terimanya baik baik saja.
"Pasien gapapa ko, dia kecapean sama asam lambungnya naik aja mungkin dia telat makan. Nanti diingatkan saja supaya makannya teratur dan jangan terlalu kecapen juga nanti akan ada suster yang memberikan kompresan supaya demamnya turun. Ohiya, ada bekas memar di sekitar wajah Pasien saya sudah menyiapkan beberapa obat di dalam kalau pasien sudah sadar tolong berikan obat itu pada pasien di tap tap menggunakan kapas saja supaya memarnya berkurang."
Jessi mengangguk paham, "Makasih dok."
"Sama sama kalian udah boleh ko masuk, tapi jangan terlalu berisik ya biar Ara istirahat."
Dokter itu pergi meninggalkan wilayah ruangan Ara.
"Kaa, ayo." Ajak Jessi pada Chika agar Chika menemui Ara.
"Ttt-tapi Jess."
"Gapapa ayoo."
Christy, Olla dan Lulu menatap sinis ke arah Chika. Tapi Chika menghiraukan itu, ia melanjutkan langkahnya menemui Ara.
"Kaa Miraaa, balik dong kaaa. Gue mau main sama loo kaaa, ayo disini sama gue kita berantem, beli eskrim, beli coklat, jalan jalan kaa gue ada tempat bagus nih buat kita healing kaa, gueee.. hiksss.." Ara meracau dengan mata yang tertutup dan sedikit mengeluarkan air mata.
"Raaa." Panggil Jessi.
"Jess, sebelumnya waktu ke rumah Ara emang udah demam ?" Tanya Chika pada Jessi
"Iya kaa, waktu ke rumah Ara dia belum sarapan sama sekali. Karna rumahnya pun sepi gaada orang makanya kita yang buatin makan dia sama ngompres badan dia."
Chika mengangguk paham dan mengingat kembali, Ara sering bercerita bahwa kedua orang tuanya itu sangat sibuk dan tak pernah berada di rumah mungkin ini menjadi salah satu alasan Ara jatuh sakit.
"Ka Miraa bawa gue ke sana dehh, gue gabetah lagi disini. Gue gapunya temen kaa, gue sakit disini kaaa kalau lo tau pasti lo marah sama gue. Tapi lo mening gausah tau dehh." Ara terus meracau tak karuan dengan suhunya yang semakin meninggi.
"Ka Chika punya nomer ka Mira ?" Tanya Jessi pada Chika.
"Ada, kenapa ?"
"Boleh minta tolong buat telfon Ka Mira siapa tau Ara denger suara ka Mira bisa ngobatin kangennya."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗔𝗣𝗥𝗜𝗖𝗜𝗧𝗬 [𝗖𝗛𝗜𝗞𝗔𝗥𝗔]
Teen Fiction⚠️TYPO BERTEBARAN⚠️ 𝐌𝐞𝐧𝐮𝐫𝐮𝐭 𝐛𝐚𝐡𝐚𝐬𝐚 𝐥𝐚𝐭𝐢𝐧 "𝐀𝐩𝐫𝐢𝐜𝐢𝐭𝐲" 𝐦𝐞𝐦𝐢𝐥𝐢𝐤𝐢 𝐤𝐞𝐡𝐚𝐧𝐠𝐚𝐭𝐚𝐧 𝐦𝐚𝐭𝐚𝐡𝐚𝐫𝐢 𝐝𝐢 𝐦𝐮𝐬𝐢𝐦 𝐝𝐢𝐧𝐠𝐢𝐧. 𝐒𝐚𝐦𝐚 𝐡𝐚𝐥𝐧𝐲𝐚 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐤𝐢𝐬𝐚𝐡 𝐢𝐧𝐢 𝘁𝗼𝗸𝗼𝗵 𝐦𝐞𝐧𝐞𝐦𝐮𝐤𝐚𝐧 𝐤�...