C H A P T E R 3

3K 338 9
                                    




UPDATE!!!

Ayo semua merapat!!! Siapa yang udah nunggu chapter ini?? Mana suaranya??

Oke langsung aja ke cerita, semoga kalian suka dan happy reading 😁😁

Vote comment share

Follow recommend

Love,
DyahUtamixx


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Laura menatap dengan mata membulat penuh, mengarah ke wajah pria yang saat ini tengah memeluknya erat. Ucapan pria itu memang tidak bermakna saat ini karena dia hanya berniat untuk membantu, tapi entah mengapa hal tersebut sukses membuat pipinya merah merona dan jantungnya berdegup begitu keras, dan menyadari fakta itu membuat pipinya semakin memerah, karena dia yakin saat ini pria asing tersebut dapat mendengar dan merasakan dengan jelas degup jantungnya yang memalukan. Dengan deheman pelan, Laura berusaha untuk menghapus perasaan canggung yang melingkupinya, namun hal tersebut tidak berhasil karena pelukan yang melingkupinya semakin erat. Seketika Laura menahan napas karena aroma tubuh nan menggoda milik pria tersebut semakin tercium kuat hingga sanggup membuat Laura tidak dapat berpikir jernih. "Jadi, pergilah. Selagi aku masih memiliki kesabaran karena kau sudah menyentuhnya tanpa permisi."

Pria berambut pirang yang mencoba menggoda Laura sama sekali tidak percaya, dan itu terlihat dari seringai yang menghiasi wajah. "Benarkah? Tapi aku tidak melihat kalau nona itu adalah kekasih kau, Tuan. Kalian terlihat canggung dan kau sama sekali tidak melirik ke arahnya, apalagi membiarkannya sendirian."

Terdengar suara decakan pelan. "Apa kau berpikir sebuah hubungan harus selamanya bersikap romantis di depan umum, tuan?" Laura meneguk ludah mendengar pertanyaan tersebut ditanyakan menggunakan nada yang begitu dingin dan sarat akan emosi. "lagipula, aku membiarkannya untuk sendiri selama beberapa saat." Laura mengepalkan kedua tangannya dan memejamkan mata. "sekarang pergilah. Selagi aku masih memiliki kesabaran." Kalimat tersebut dibalas dengan sumpah serapah oleh pria berambut pirang, tapi sepertinya pria tersebut tidak mencoba untuk melawan lebih jauh dan memilih melangkah mundur seraya pergi dari area rooftop bersama kelompoknya. Laura mau tidak mau bernapas lega, setidaknya dia tidak harus melakukan kekerasan dan memiliki resiko dilaporkan ke polisi, walaupun dia begitu menginginkannya. "Sekarang sudah aman." Laura mendengar pria tampan yang memeluknya berbisik, kemudian pelukan yang begitu hangat perlahan terlepas dan entah kenapa Laura merasa kecewa akan hal tersebut.

Perlahan manik biru Laura terangkat dan bertemu denngan manik hazel milik pria yang telah menolongnya. Ada senyum kecil yang terukir di bibir pria itu sebelum hilang sepenuhnya dan tergantikan dengan ekspresi datar. "Terima kasih, sudah menolongku Tuan." Laura bergumam pelan. Dia menyelipkan anak rambutnya ke balik telinga dengan gugup seraya melanjutkan, "Maaf sudah merepotkanmu."

Broken TrustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang