C H A P T E R 35

955 101 6
                                    

UPDATE!!!

Ayo semua merapat! Siapa yang udah nunggu chapter hari ini? Mana suaranya???

Oke langsung aja ke cerita, semoga kalian suka dan happy reading 😁😁

Vote comment share

Follow recommend

Love,
DyahUtamixx



Sejak hari itu, Laura mulai bersikap dingin pada Rome dan membuat jarak pada pria itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejak hari itu, Laura mulai bersikap dingin pada Rome dan membuat jarak pada pria itu. Terlihat begitu jelas ketika Vien tidak ada, dan saat Vien ada di tengah mereka, Laura menjadikan putranya sebagai alasan untuk menjauh dari Rome. Laura hanya akan berbicara hal yang berkaitan Vien pada Rome dan selebihnya memilih untuk diam. Bukan tanpa alasan Laura memilih menjauh dari Rome. Dia ingin menata perasaannya sendiri. Rasa amarah mendominasi dirinya, bukan pada Rome, tapi lebih kepada dirinya sendiri. Semua ucapan pria itu adalah benar, tapi kenapa dirinya tidak bisa menerima begitu saja? Dia tahu Rome mulai frustasi dengan sikapnya yang kekanak-kanakan seperti ini.

Saat dia pulang dari kantor Rome bersama Diandra, semua percakapan yang dilakukannya dengan Rome dia kunci rapat-rapat dan memilih melupakannya sejenak dengan pergi menghabiskan waktu bersama Diandra, dan pada akhirnya Rome yang terlebih dahulu pulang dari dirinya. Bahkan saat itu Rome masih bersikap sabar dan mencoba untuk memaklumi, tapi Laura yakin cepat atau lambat pria itu tidak akan sanggup lagi menahan diri.

Benar saja, seminggu setelah kebenaran itu terungkap, disaat makan malam berlangsung, Rome menghela keras dan meletakkan alat makan yang ada di tangannya dengan cukup keras, membuat Laura yang memilih menyibukkan diri bersama Vien hingga tidak menyentuh makanan yang tersaji, langsung menatap Rome tajam karena hal itu membuat Vien terkejut.

Rome mencapit pangkal hidungnya dan berkata, “mau sampai kapan kau seperti ini Laura? Aku tahu kau berusaha menghindariku. Jika kau marah, aku minta maaf …”

“Aku tidak marah Rome. Ucapanmu benar. Aku egois.”

“Laura …”

“Aku harus membersihkan Vien sebelum menidurkannya.”

“Lalu apa? Kau mau tidur di kamar Vien lagi? Di atas sofa yang tidak nyaman itu? Kalau bukan menghindar dariku, lalu apa?” Laura tidak menjawab dan menyibukkan diri membersihkan makanan dari wajah Vien. “Sudah cukup dengan sikapmu itu Laura.” Laura merasakan matanya memanas dan dia menahan sekuat tenaga untuk tidak menitikkan air mata yang sudah berkumpul di sudut mata. Rome bangkit berdiri dan menghampiri Laura, dia berlutut di sisi Laura dan meraih tangan wanita itu. “Laura, maafkan aku karena telah berbohong padamu, aku memanfaatkan semuanya demi mendapatkanmu, jika itu salah, maka maafkan aku, tapi aku mohon, berhentilah seperti ini. Aku memperhatikanmu, Laura. Kau makan dengan tidak teratur, sering melamun, dan memendam semuanya sendiri. My moon … aku mohon …”

Laura dengan hati-hati menyingkirkan tangan Rome. Dia menatap manik cokelat Rome dan tersenyum, tangannya terulur dan mengusap kepala Rome lembut, memainkan rambut pria itu yang lembut. “Aku tahu itu. Hanya saja, aku perlu waktu untuk menata perasaanku lagi Rome. Aku butuh waktu.”

Broken TrustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang