C H A P T E R 16

1.7K 231 32
                                    

UPDATE!!!


Ayo semua merapat!! siapa yang udah nunggu chapter ini? mana suaranya?


Oke langsung aja ke cerita, semoga kalian suka dan happy reading 😁😁


Vote comment share

follow recommend


Love,

DyahUtamixx


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sehari sebelum pernikahan


Laura tersenyum memperhatikan layar laptop di depannya yang sedang menampilkan wajah Vien. Saat ini dirinya dengan sedang melakukan video call dengan Andrea untuk melihat keadaan Vien sekaligus memberitahu Andrea mengenai rencananya. Dia menopang dagu menggunakan tangan dengan siku yang ada di atas meja. Manik birunya yang selama dua hari ini begitu sedih dan kehilangan sinarnya, perlahan kembali saat melihat tawa Vien serta mendengar suara Vien yang dapat menenangkan jiwa.

Seketika Laura ingat dengan ekspresi Rome tiap kali bertemu dengan dirinya. Melihat tatapan dingin yang asing serta raut wajah datar, membuat hatinya seperti diremas oleh ribuan tangan, namun bukankah itu yang dia inginkan, bersikap seperti dua orang asing yang tidak mengenal? Lalu kenapa dia merasa sedih dan terluka? Rasa cintanya pada Rome yang membuatnya merasakan perasaan ini ataukah rasa bersalah yang menggerogoti hatinya karena telah melukai pria yang begitu tulus mencintai dirinya? Entahlah, apapun itu Laura tidak bisa menemukan jawaban dari pertanyaan dirinya sendiri, karena baik perasaan cinta maupun rasa bersalah, keduanya sama-sama sedang mendominasi hati. "Laura? Laura? Apa kau mendengarkanku?" sontak Laura tersadar dan matanya mengerjap cepat. Dia memfokuskan mata kembali ke layar dan melihat Vien sudah berada di gendongan Andrea dan sedang meminum susu. "Apa ada sesuatu yang kau pikirkan?"

Helaan meluncur keluar dari bibirnya. Laura menggelengkan kepala dan senyum kecil perlahan terukir di bibirnya yang terpoles lipstick berwarna nude, tidak ingin membuat Andrea khawatir pada dirinya, karena bagi Laura, Andrea adalah sosok penting seperti ibu kandungnya sendiri. "Tidak bibi. Tidak ada. Hanya sedang memikirkan acara pernikahan besok. Aku takut kakakku tidak merasa senang di hari pernikahannya. Apa bibi besok datang?"

"Apa kau sudah berbicara dengan kedua orang tuamu mengenai Vien?" saat itu juga Laura diam seribu bahasa. Hal penting seperti itu terlupakan begitu saja karena kehadiran Rome serta fakta yang baru diketahuinya. Kecerobohan yang sekali lagi terulang olehnya. Laura menutup mata dan menarik napas panjang, kemudian dia kembali membuka kedua matanya saat mendengar ucapan Andrea. "dilihat dari reaksimu, kau belum mengatakan apapun, dan untuk menjawab pertanyaanmu, aku tidak akan datang. Aku tidak mau menjadi bahan pembicaraan. Telingaku sudah lelah mendengar tudingan semua orang selama sepuluh tahun lamanya."

Broken TrustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang