C H A P T E R 32

2K 134 4
                                        

UPDATE!!!

Ayo semua merapat! Siapa yang udah nunggu chapter ini, mana suaranya?

Oke langsung aja ke cerita, semoga kalian suka dan happy reading 😁😁

Vote comment share

Follow recommend

Love,
DyahUtamixx

“Laura, apa rencanamu mengenai acara ulang tahun Vien?” itu adalah pertanyaan pertama yang keluar dari mulut Maria kepada Laura setelah sekian lama diam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


“Laura, apa rencanamu mengenai acara ulang tahun Vien?” itu adalah pertanyaan pertama yang keluar dari mulut Maria kepada Laura setelah sekian lama diam. Suasana meja makan yang sunyi diiringi dentingan alat makan karena masing-masing penghuni meja makan sedang sibuk memakan sarapan mereka, seketika berubah dalam sekejap mata karena semua orang berhenti memakan sarapan mereka dan memilih menatap Laura, tidak terkecuali Nicholas yang sungguh mengejutkan memilih ikut sarapan bersama. Laura meraih gelas dan meminum air yang ada di dalamnya untuk meredakan rasa gugup karena masih mendapat perlakuan dingin dari kedua orang tuanya. Dia menoleh dan menatap Vien yang sedang di kursi bayi ditemani oleh pengasuh yang Maria pekerjakan untuk mengurus Vien selama di kediaman Hamilton. Maria meletakkan alat makan yang ada di tangan ke atas meja dengan rapih, kemudian memperhatikan Vien dengan tatapan lembut. “Ini adalah ulang tahun pertamanya, apalagi dia belum lama bergabung dengan Hamilton serta Valiente. Dia adalah cucu pertama kedua keluarga.” Laura diam dan tidak menjawab. Sebenarnya dia sudah merencanakan ulang tahun Vien dengan membuat acara itu tertutup serta intim yang hanya dimeriahkan oleh anggota keluarga dan kerabat dekat, tapi sepertinya dia tidak bisa melakukan itu.

“Ibumu benar.” Jordan bergumam menyetujui. “Ini adalah kesempatan bagi Vien untuk dikenal sebagai penerus keluarga.” Kemudian dia menatap Rome yang masih duduk diam dan menambahkan, “ayahmu pun sudah menyetujui hal ini.” Seketika Rome bertanya-tanya apa yang Jordan dan Jeffery bicarakan selama pertemuan mereka di makan malam. Apakah mereka membahas Vien atau pernikahan dirinya dengan Laura, atau hal yang lebih dalam lagi? “Kalian tidak perlu khawatir dengan pemberitaan mengenai Shafira dan Rowan. Semua sudsh diatasi, lagipula cepat atau lambat kita harus memberitahukan hubungan antar dua keluarga ke publik.”

Tiba-tiba terdengar suara dengusan disertai dengan suara deritan kursi yang digeser. Sontak Rome dan Laura menoleh ke asal suara dan mendapati Nicholas telah berdiri dengan ekspresi wajah yang gelap. “Apa kalian tidak terlalu memanjakan Laura?” Nicholas menoleh sekilas ke arah Laura yang membulatkan mata terkejut karena dia telah menunjukkan rasa ketidaksukaannya di depan Rome. “Aku begitu kasihan dengan Shafira yang kalian lupakan dan singkirkan dengan mudah.”

“Nicholas!” Jordan menggebrak meja dengan penuh amarah melihat tingkah laku sang putra yang tidak mencerminkan seorang Hamilton. “Apa kau pikir bersikap tidak sopan di meja makan seperti ini akan aku biarkan begitu saja?”

Nicholas mengedikkan bahu dan melangkah menuju pintu. “Aku berangkat, lagipula tugasku sudah selesai dengan memapangkan wajahku di depan tamu berharga kita.” Jordan bangkit berdiri dengan wajah yang merah bagaikan kepiting rebus sambil menatap nyalang ke arah pintu dimana Nicholas menghilang.

Broken TrustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang