C H A P T E R 12

1.6K 206 15
                                    

UPDATE!!!

Ayo semua merapat!! siapa yang udah nunggu chapter ini? mana suaranya?

Oke langsung aja ke cerita, semoga kalian suka dan happy reading 😁😁

Vote comment share

follow recommend

Love,

DyahUtamixx



Di saat Laura berumur tujuh tahun, sebuah kecelakaan fatal menimpa dirinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di saat Laura berumur tujuh tahun, sebuah kecelakaan fatal menimpa dirinya. Saat itu Laura beserta dengan Maria pergi ke sekolah Shafira untuk melihat pertunjukan sekolah yang Shafira lakukan di atas panggung. Laura begitu antusias melihat sang kakak yang terkenal hebat dalam menari. Dia bahkan tidak berhenti mengutarakan rasa bangganya pada Maria karena memiliki kakak sehebat Shafira. Namun sayangnya mereka harus sedikit terlambat karena jalanan yang macet, hingga memakan waktu tiga puluh menit lamanya.

Maria yang tahu bahwa pertunjukan Shafira akan dimulai, meminta supir untuk mempercepat laju mobil, karena dia berpikir kalau jalanan sepi dan tidak banyak mobil yang berlalu lalang, mungkin karena daerah yang mereka lewati bukan distrik bisnis. Ketika sampai di persimpangan jalan, ketika Laura sibuk mempertanyakan kapan mereka tiba, tiba-tiba supir yang membawa mereka mengumpat sebelum mengarahkan mobil ke kanan jalan, dan sang supir juga terlambat menyadari kalau di jalan raya berlawanan terdapat truk besar, membuat pria itu dengan otomatis membanting setir, membuat mobil menabrak truk dan berguling cukup jauh dari lokasi.

Ketika mobil berhenti dan Maria membuka mata, dia melihat putri kecilnya yang sebelumnya penuh dengan senyum, sudah dalam keadaan terluka parah. Darah mengalir deras dari luka yang menghiasi kepala serta beberapa bagian tubuhnya. Maria menangis histeris, karena tidak seperti dirinya yang memakai sabuk pengaman, Laura sama sekali tidak memakai sabuk pengaman dan itu membuat tubuh mungilnya mendapat hantaman keras. "Ma ... ma ..." Maria merutuki kebodohannya yang lupa akan keselamatan putrinya. Dia tidak memperdulikan luka yang menghiasi tubuhnya, dengan memilih mencoba melepaskan sabuk pengaman.

Orang-orang mulai berkumpul dan berusaha menyelamatkan Maria yang histeris beserta Laura yang sudah dalam keadaan mata tertutup, sedangkan sang supir sudah dalam keadaan tidak bernyawa. Cukup lama proses evakuasi dilakukan, namun akhirnya berhasil. Maria beserta Laura langsung ditangani oleh tim medis, lalu ketika sudah berada di dalam mobil ambulans, Maria terduduk lesu dengan tubuh Laura berada di sisinya sedang dalam penanganan darurat tim medis, dia merasa dunianya telah hancur. Maria tidak berhenti menangis dan memohon pada Laura untuk kembali membuka mata, dan hatinya hancur berkeping-keping ketika salah satu tim medis mengatakan bahwa Laura tidak dapat diselamatkan. Hingga akhirnya Maria pun ikut memejamkan mata karena shock sekaligus rasa sakit yang mendera sekujur tubuhnya.

Beruntung saat Maria bangun di salah satu kamar rawat rumah sakit, dia mendengar dari sang suami kalau Laura dapat ditolong dari kematian. Laura juga sudah dalam penangan tim dokter dan saat ini berada dalam keadaan koma karena luka yang cukup parah. Maria yang diliputi rasa bersalah dan juga kesedihan, tidak pernah lepas dari sisi Laura. Setiap matanya terpejam, maka bayangan Laura yang penuh darah akan menghantui, dan itu membuatnya divonis mengalami PTSD. Maria tiba-tiba akan marah pada dirinya sendiri, lalu tiba-tiba takut kehilangan Laura, sedih dan menangis histeris mencari Laura ketika bayangan wajah Laura yang pucat pasi serta ucapan tim medis yang baginya sangat mengerikan, bahkan di masa pemulihan Laura hingga berumur sepuluh tahun, Maria akan berada di sisi Laura hampir dua puluh empat jam.

Broken TrustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang