Broken Trust

C H A P T E R 9

UPDATE!!!

Ayo semua merapat! Siapa yang udah nunggu chapter ini? Mana suaranya??

Oke langsung aja ke cerita, semoga kalian suka dan happy reading 😁😁

Vote comment share

Follow recommend

Love,
DyahUtamixx

Sejak malam itu, hubungan diantara keduanya semakin bertambah dekat, dan waktu yang mereka habiskan bersama telah berlalu begitu cepat, hingga terasa bagaikan sebuah mimpi yang indah bagi Laura. Dia menghabiskan hari-harinya bersama Rome. Menjelajahi tiap sudut kota Paris, mengunjungi museum yang ada di Paris seperti; museum Louvre, museum Rodin, sampai Musee Nissim de Comando, mendatangi berbagai macam tempat wisata seperti Notre Dame de Paris atau Versailles Palace and gardens, hingga menonton pertunjukan opera di The Palais Garnier yang meninggalkan kesan mendalam untuk Laura. Dan semua itu dilakukan dengan perasaan yang begitu ringan dan damai, membuat Laura tidak ingin melupakan tiap momennya dan ingin menyimpannya dalam-dalam di dalam memori. Percakapan mereka, tawa, perdebatan kecil, lalu ciuman-ciuman lembut yang terjadi juga tidak ingin Laura lupakan. Dia merasa seperti sudah berada di tempat yang seharusnya, yaitu di sisi Rome.

Setiap Laura menatap Rome, dia bisa melihat tatapan teduh yang mampu menggetarkan hatinya. Jika mereka tidak sedang menjelajahi kota Paris, maka mereka akan menghabiskan waktu dengan bersantai di kamar hotel entah itu kamar hotel Laura ataupun Rome, atau memilih bergelung di atas kasur, saling menyentuh satu sama lain dan meresapi kehangatan serta percikan yang terasa tiap mereka menjadi satu kesatuan. Lalu jika Rome sibuk dengan urusan bisnisnya, maka Laura akan menghabiskan waktu dengan memandangi pemandanngan kota Paris dari jendela hotel sambil memikirkan Rome, rasa rindu yang dimilikinya untuk pria itu, atau memutar kembali momen indah mereka di dalam benaknya.

Hingga tidak terasa Laura telah sampai di minggu ketiganya di Paris, dan dia mulai menghitung hari-hari terakhirnya bersama Rome. Fakta itu membuatnya kembali tersadar bahwa cepat atau lambat mimpi ini akan berakhir dan dirinya akan terbangun dalam kenyataan tanpa ada Rome di sisinya, kembali memulai rutinitasnya dengan kesepian tanpa ada Rome yang akan menyambutnya, dan itu membuat hati Laura begitu sesak, terasa seperti ada sebuah tangan yang meremas dengan kuat.

Perlahan Laura membuka kedua kelopak mata dan menatap lukisan yang berada di dinding. Dia menarik napas panjang untuk mengusir pikiran buruknya, dan merasakan dua lengan kekar memeluk tubuhnya yang polos dengan begitu protektif. Dia menoleh ke belakang, mendapati Rome sedang tertidur dengan sangat pulas. Laura membalikkan badan, menatap wajah tampan Rome yang terlihat begitu damai. Saat ini dirinya berada di presidential suite yang merupakan kamar hotel tempat Rome tinggal. Tadi malam, setelah Rome kembali melakukan pekerjaan, pria itu menghubungi dirinya dan mengajaknya untuk menyusuri sungai Seine menggunakan kapal pesiar mini. Laura masih ingat betul pengalaman yang tak terlupakan tersebut. Keindahan kota Paris yang dilihat dari sudut pandang berbeda, menyusuri sepanjang sungai bersama pria tampan dan karismatik yang tidak pernah melepaskan diri sejengkalpun darinya, Pemandangan Menara Eiffel yang menghiasi langit malam, semua itu Laura rasakan semalam dan dia begitu berterima kasih pada Rome yang sudah merencanakan semua itu. setidaknya Laura tidak akan menyesali segala keputusan yang diambilnya selama di Paris, karena itu berhubungan dengan Rome, dan jika dia bisa mengulang waktu, maka hal pertama yang akan Laura lakukan adalah menghampiri Rome. Apakah dia sanggup mengucapkan perpisahan untuk Rome? Itu yang saat ini mengganjal hatinya.