A Wattpad Romance Story
DON'T PLAGIARISM! I DON'T HAVE ANY RESPECT FOR SOMEONE WHO COPY MY WORK!
___________
Liburan yang Laura Hamilton lakukan selama satu bulan di Paris, membawanya dalam sebuah pengalaman yang tidak pernah terlupakan. Pertemuann...
Ayo semua merapat! siapa yang udah nunggu chapter ini? semua merapat sekarang juga!
Oke langsung aja ke cerita, semoga kalian suka dan happy reading 😁😁
Vote comment share
Follow recommend
Love,
DyahUtamixx
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jeffery duduk di kursi salah satu meja yang ada di restoran bintang lima, sambil memperhatikan pemandangan kota New York di malam hari yang ramai oleh orang-orang dari jendela besar yang membentang luas di sisi kiri ruangan. Alunan music jazz menjadi latar belakang suasana restoran yang terlihat cukup sepi di malam akhir pekan. Dia mengulurkan tangan, menenggak red wine yang telah dituangkan pelayan ke dalam gelas berkaki tinggi dengan perlahan, memejamkan mata untuk meresapi rasa yang menyebar di indra pengecap. Perlahan kelopak matanya terbuka dan tanpa mengalihkan tatapan dari kaca jendela, Jeffery membuka mulut dan bertanya pada Gideon yang baru saja tiba. Asisten pribadi sekaligus tangan kanannya itu duduk di kursi lain yang tersedia kemudian berkata, "Dalang untuk penyebaran informasi sudah diketahui identitasnya, Tuan." Tidak ada jawaban keluar dari mulut Jeffery. Pria itu masih diam dan lebih memilih meminum minumannya dengan perlahan, namun begitu telinganya mendnegarkan dengan seksama laporan yang Gideon berikan. "Johnson McKenzie. Salah satu editor senior dari media X, namun dia hanya merupakan seorang suruhan dari Nicholas Hamilton. keduanya adalah teman semasa kuliah dan memiliki hubungan yang cukup dekat. Dalam laporan, Nicholas dan Johnson telah beberapa kali bertemu sebelum dan juga sesudah berita tersebar."
Seketika Jeffery menurunkan tangan yang memegang gelas, meletakkan gelas tersebut kembali ke atas meja yang menimbulkan suara kaca beradu dengan permukaan meja. Gideon langsung mengatupkan mulutnya dan menatap sang atasan penuh antisipasi. Wajah Jeffery terlihat begitu tenang, amat sangat tenang dan senyum kecil tidak pernah luntur dari bibirnya, namun manik hazel yang pria itu miliki dipenuhi oleh kobaran api amarah yang begitu jelas. "Saat ini saya sedang melakukan penyelidikan mengenai motif dari perbuatannya." Gideon melanjutkan dengan hati-hati. Jeffery masih diam, namun kali ini jari telunjuk pria itu mengetuk permukaan meja dengan tempo pelan. "Namun saya menduga, ini berkaitan dengan pernikahan Tuan muda dengan nona Laura." Seketika ketukan jari itu terhenti dan ketegangan melingkupi keduanya. "Apa saya perlu menindaklanjuti hal ini, Tuan?"
"Nicholas Hamilton." Jeffery bergumam pelan. Matanya, yang semula terfokus pada pemadangan luar restoran beralih ke gelas berisi wine yang ada di atas meja. Jeffery meraih gelas tersebut, memutar gelas hingga alkohol yang ada di dalam bergerak kemudian kembali meminum dengan perlahan. "Apa yang akan Jordan katakan jika putranya sendiri adalah dalang dari kekacauan ini?" gumamnya dengan tenang. "Berapa banyak Johnson dibayar oleh Nicholas?" Gideon memperhatikan layar dan menjawab pertanyaan Jeffery dengan hati-hati. "Begitu." Jeffery terdiam sejenak dan merapikan dasi serta jas yang dikenakan dengan elegan. "Aku rasa putraku sudah mengetahui ini."