C H A P T E R 13

1.6K 204 16
                                    

UPDATE!!!

Ayo semua merapat! Siapa yang udah nunggu chapter ini? Mana suaranya?

Oke langsung aja ke cerita, semoga kalian suka dan happy reading 😁😁

Vote comment share

Follow recommend

Love,
DyahUtamixx

Dua tahun Kemudian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dua tahun Kemudian

New York, U.S


Waktu terus berjalan tanpa henti, hari terus berganti, bulan terlewati hingga tidak terasa tahun telah berlalu. Sudah dua tahun semenjak liburannya ke Paris, liburan yang memiliki kenangan terindah di dalam hatinya, liburan dimana dia bertemu dengan pria yang telah merebut hati serta jiwanya tanpa berniat untuk mengembalikan semua itu, membuat kehidupannya tak lagi terasa utuh. Memikirkan itu semua membuat Laura merasakan perasaan murung di tengah cuaca yang begitu cerah. Musim panas baru saja datang dan itu membuat langit terlihat begitu biru dengan matahari yang bersinar terang. Burung-burung berkicau riang di udara dengan begitu bebas. Dia menghela pelan dan menumpukan dagunya menggunakan tangan di pembatas balkon, sedangkan secangkir teh hangat berada di dalam genggaman tangannya yang lain. Jika diingat lagi, apa yang terjadi padanya saat itu terasa bagaikan mimpi, bahkan ketika dia menjejakkan kaki kembali di New York pun dia masih merasa bahwa apa yang terjadi padanya selama di Paris hanyalah khayalan semata.

Dia menyeruput teh yang ada di tangannya sebelum menghela pelan. Perasaan murung yang menguasai dirinya perlahan sirna setelah melihat pemandangan di depannya. Orang-orang mulai beraktivitas, melakukan rutinitas paginya dengan penuh semangat, sebagian dari mereka terlihat berpakaian formal, tanda kalau mereka akan berangkat bekerja, tidak mau terlambat dan mendapat teguran. Laura tersenyum kecil dan jika saja dia tidak memutuskan untuk mengundurkan diri dari pekerjaannya, mungkin itu yang akan dilakukannya sekarang.

Kesendiriannya yang menenangkan tiba-tiba terusik ketika pintu kaca geser yang menjadi pembatas antara balkon dengan ruang apartemen bergerak. Seketika Laura berbalik dan melihat Diandra dengan ekspresi jengkel. "D? kapan kau datang?" tanya Laura seraya mengeratkan cardigan yang dikenakannya. Walaupun siang nanti udara akan terasa begitu panas karena sinar matahari yang terik, tapi udara di pagi hari masih relatif dingin dan Laura tidak mau sampai sakit hanya karena berdiri di balkon tanpa pakaian hangat. Dia berjalan menghampiri Diandra yang berdiri di ambang pintu dengan tangan bersedekap.

"Kenapa kau diluar sendirian? Apa kau lupa kalau ada seseorang yang membutuhkanmu?" tanya Diandra dengan sedikit ketus. Seketika genggaman Laura pada cangkir di tangannya menguat. "Ra?"

"Apa dia sudah bangun?" tanya Laura dengan lembut. Dia melangkah masuk, melewati Diandra dan berjalan ke dapur, meletakkan cangkir yang dibawanya ke meja counter dengan hati-hati. Laura mengecek jam yang ada di dinding dan menyimpulkan bahwa masih terlalu pagi bagi Diandra untuk datang dan menceramahinya. Kemudian Laura mencuci tangan dan berjalan menuju kamar tidur, dengan Diandra yang mengikutinya dari belakang.

Broken TrustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang