C H A P T E R 6

2.6K 360 16
                                    


Update! ayo semua merapat! 

pasti udah pada nunggu chapter selanjutnya, melihat kemanisan Rome dan Laura hihi

Oke, langsung aja ke cerita, semoga kalian suka dan happy reading 😁😁


Vote, Comment, dan share

Follow recommend

Jangan lupa follow akun sosial mediaku ya 😉😉

Love,
DyahUtamixx


Laura memikirkan ucapan Rome semalaman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Laura memikirkan ucapan Rome semalaman. Tidak sekalipun kalimat tersebut hilang dari benaknya sedikitpun. Dia duduk termenung di tengah kasur, menatap blazer milik Rome yang terlipat rapih di depannya dengan tatapan murung, bahkan ketika fajar menjelang, Laura sama sekali tidak memejamkan mata dan masih berada di posisi yang sama, hingga akhirnya dia merasa lelah karena menatap blazer milik Rome semalaman bagai orang yang terobsesi, dan memutuskan membaringkan tubuhnya sejenak, namun bukan berarti dia dapat tertidur. Matanya justru menatap langit-langit kamar dengan tatapan menerawang. Helaan lolos dari bibirnya, belum genap satu minggu, jam istirahatnya sudah tidak karuan seperti ini, karena kehadiran seorang pria misterius di hidupnya sekaligus efek jet lag yang sepenuhnya belum hilang, membuat Laura menjadi uring-uringan. Sejenak matanya terpejam dan sekali lagi kalimat Rome muncul di benaknya, "jika kau adalah milikku." Dan hal itu sukses membuat Laura berteriak tanpa suara, menenggelamkan wajahnya di tumpukan bantal yang empuk.

"Apa yang terjadi padaku? Kenapa aku seperti gadis yang baru pertama kali merasakan jatuh cinta ...?" Cinta ... seketika Laura diam sejenak. Tidak mungkin dia jatuh cinta pada Rome bukan? Tidak! Itu tidak mungkin, cinta tidak datang secepat itu dan waktu yang dihabiskan bersama dengan Rome masih terbilang singkat. Walaupun dia jarang berkencan dan memiliki hubungan, bukan berarti dia buta akan perasaan cinta, dan dia yakin cinta tidak datang semudah itu, apalagi dia tidak tahu latar belakang Rome, masa lalu pria itu, bahkan dia tidak tahu makanan kesukaan pria itu! Laura mengerang keras dan membalikkan badan, matanya melirik blazer milik Rome yang masih ada di atas kasur, dan secara tidak sadar, tangannya terulur, meraih blazer itu, sebelum memeluknya erat. Dia menghirup aroma milik Rome yang masih melekat di blazer tersebut sebelum memejamkan mata. Laura ingin sekali mengembalikan blazer ini, namun kenapa dia merasa enggan untuk melepaskannya? Rome berkata dapat mengembalikan blazer ini kapan saja, tapi bukan berarti Laura dapat menyimpan benda tersebut selamanya.

"Aku harus segera mengembalikan blazer ini ..." ucapnya pada diri sendiri, namun pelukannya pada blazer tersebut semakin kuat, enggan untuk melepaskan satu-satunya benda yang mengingatkan dirinya pada Rome, namun kemudian dia menyadari apa yang dilakukannya dan buru-buru melepaskan blazer tersebut. Matanya mengerjap dan kemudian dia bangkit duduk, lalu tangannya terangkat, menyugar rambutnya dengan frustasi. Kepalanya menoleh ke jendela dan melihat bahwa langit sudah berubah terang, tanda bahwa pagi sudah datang dan suara hiru pikuk kota Paris mulai terdengar.

Broken TrustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang