C H A P T E R 17

1.7K 235 15
                                    

UPDATE!!!

Ayo semua merapat! Siapa yang udah nunggu chapter ini? Mana suaranya???

Oke langsung aja ke cerita, semoga kalian suka dan happy reading 😁😁

Vote comment share

Follow recommend

Love,
DyahUtamixx

Shafira duduk di atas kursi meja rias, menatap cermin yang saat ini sedang menampakkan pantulan dirinya serta gaun pengantin berwarna putih nan indah yang akan digunakannya esok hari pernikahannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Shafira duduk di atas kursi meja rias, menatap cermin yang saat ini sedang menampakkan pantulan dirinya serta gaun pengantin berwarna putih nan indah yang akan digunakannya esok hari pernikahannya. Dengan tatapan sedih, dia membayangkan dirinya memakai gaun tersebut, berjalan di altar menuju pria yang tengah menunggunya di ujung altar. Namun yang ada di dalam bayangannya bukanlah Rome, melainkan pria pujaan hatinya, betapa bahagia perasaannya. Dia sudah bisa membayangkan senyum lebar nan tulus menghiasi wajahnya serta wajah pria pujaan hatinya, lalu jantung yang berdebar, tatapan penuh cinta. Shafira memejamkan mata, membayangkan itu semua, membuat hatinya berdesir hangat. Kebahagiaan pasti akan begitu terlihat jelas, berbanding terbalik dengan kenyataan yang semua diisi dengan keterpaksaan serta kesedihan.

Bibirnya gemetar dan kedua tangannya yang berada di atas meja rias dan sedang bertaut, semakin menguat.Perlahan dia membuka kedua mata dan mengerjap cepat, menyembunyikan air mata yang mulai berkumpul. Dia diliputi oleh rasa bersalah yang begitu besar, namun di sisi lain dia tidak bisa memaksakan hatinya. Selama ini dia tidak pernah menentukan jalan hidupnya sendiri, dan untuk pertama kalinya dia ingin membuat keputusan atas kehidupannya sendiri. Shafira menarik napas panjang dan menguatkan diri. Dia yakin semua orang akan mengerti dengan keputusannya.

Tiba-tiba dia mendengar suara getaran pada ponselnya dan sontak Shafira berdiri, menghampiri ponselnya yang dia letakkan di atas nakas, lalu melihat isi pesan yang baru saja masuk. tangannya bergetar penuh antisipasi, kemudian dia mengalihkan tatapannya dari layar ponsel, ke cincin berlian yang melingkari jari manisnya, cincin yang disematkan oleh Romanov padanya. Shafira menggigit bibir bawah gugup. Ini adalah keputusan terakhirnya untuk membuat keputusan dan dia tidak boleh merasakan penyesalan di akhir atas semua pilihannya. Shafira membaca pesan yang masuk sekali lagi.


Sekali lagi aku bertanya, apakah ini keputusanmu? Jika iya, Aku akan memastikan kau bisa pergi, Shafira. -Rome


Setelah memantapkan hati, Shafira menjawab,

 

Ya. Ini keputusanku. Terima kasih Romanov, karena membantuku. Aku berjanji akan menjaga kakakmu. Tolong jaga adikku setelah kepergianku. -Shafira

Setelah mengirimkan pesan tersebut, Shafira melepas cincin berlian yang tersemat di jari manisnya, meletakkan cincin tersebut di atas meja nakas. Dia menulis pesan singkat di atas kertas untuk Laura, menyelipkannya ke dalam buku novel favoritnya yang hanya diketahui oleh sang adik, kemudian Shafira mengganti pakaiannya menjadi lebih nyaman. Dia memperhatikan gaun pernikahan nan indah yang sejujurnya dipilih secara acak itu, sebelum membuang pandangan ke deretan foto yang tergantung di dinding. Foto dirinya dengan Laura. Shafira tersenyum sedih sebelum memasukkan ponselnya ke dalam bathtub yang masih dipenuhi air, lalu berjalan menuju pintu balkon.

Broken TrustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang