C H A P T E R 21

1.8K 211 9
                                    

UPDATE!!!

Ayo semua merapat!! Siapa yang udab nunggu chapter ini? Mana suaranya??

Oke langsung aja ke cerita, semoga kalian suka dan happy reading 😁😁

Vote comment share

Follow recommend

Love,
DyahUtamixx


Keesokan harinya Laura bersama dengan Rome serta Vien berangkat menuju kediaman Hamilton

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keesokan harinya Laura bersama dengan Rome serta Vien berangkat menuju kediaman Hamilton. Suasana di dalam mobil begitu sunyi, terlebih lagi Vien yang sangat senang berceloteh sedang tertidur lelap di pangkuan sang ayah. Laura menatap ke arah jendela mobil dengan tatapan sendu, berusaha sekuat tenaga menahan air mata yang ingin jatuh mengalir di pipi. Kedua tangannya saling mengepal di atas pangkuan dan tubuhnya gemetar kuat.

Rome sendiri memilih untuk diam dan memberikan waktu sendiri untuk Laura, karena Rome tahu apa yang wanita itu sedang rasakan saat ini. Kesedihan serta kerinduan, namun ada satu hal selain itu yang Rome rasakan, yaitu penyesalan. Rome menarik napas perlahan. Manik cokelatnya mengarah ke arah Vien yang tengah tertidur pulas. Satu tangannya terangkat lalu mengusap pipi Vien yang chubby, sebelum memejamkan mata erat. Tiba-tiba Rome membayangkan bagaimana reaksi Rowan jika tahu bahwa dia memiliki seorang putra.

Senyum getir langsung terukir di bibir Rome. Pasti Rowan akan sangat senang dan menjadikan Vien keponakan yang paling beruntung dan dimanja, namun sayang semua itu tidak akan pernah terjadi dan kenyataan itu membuat dadanya terasa amat sangat sesak. Penyesalan menggerogoti hatinya, dan belum sempat dia mengatakan bahwa dirinya menyayangi sang kakak, Rowan telah pergi meninggalkan dunia.

Terdengar suara gemerisik di sisinya dan Rome langsung menggelengkan kepala, mengusir kesedihan yang mengisi hati. Dia menoleh dan mendapati Laura tengah membekap mulut, menahan isakan tangis agar tidak lolos keluar dan mengganggu tidur Vien yang nyenyak. Rome menarik napas dan dengan hati-hati serta penuh kelembutan mengubah posisi Vien, kemudian dengan satu tangannya yang bebas, terulur mengusap kepala Laura yang tengah bersedih. "Kemarilah my moon," bisiknya lembut. Rome membimbing tubuh Laura ke dalam dekapan tubuhnya dan membiarkan wanita itu menangis di dalam pelukannya yang protektif, menawarkan sebuah kehangatan yang menenangkan. "Kau tidak lagi sendiri Laura, ada aku sekarang disisimu. Jadi jangan pendam kesedihanmu di dalam dirimu sendiri, berbagilah denganku. Aku adalah suamimu, dan sudah tugasku untuk berbagi suka duka bersamamu." Rome menunduk memperhatikan wajah Laura yang merah dan bersimbah air mata sebelum mengecup kening Laura lembut. "Aku merasa tidak berguna jika kau tidak bersandar padaku."

Laura mengerjapkan mata lalu kemudian mengangguk pelan. Matanya perlahan terpejam seraya menarik napas panjang, menghirup aroma tubuh Rome yang membuat dirinya begitu tenang. "Kau ingat ketika kita pergi ke pantai saat di Paris?" tanya Rome berusaha mengurangi kesedihan Laura. "Kau berusaha mencari kerang laut untuk dibawa pulang sebagai hadiah untuk kakakmu."

Broken TrustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang