C H A P T E R 22

1.7K 197 11
                                    

UPDATE!! 

Ayo semua merapat! siapa yang udah nunggu chapter ini? Mana suaranya??

Oke langsung aja ke cerita, semoga kalian suka dan happy reading 😁😁

Vote comment share

Follow recommend

Love,

DyahUtamixx

Maria berjalan menyusuri lorong dengan tatapan mata yang tertuju kepada bayi berusia satu tahun di dalam gendongannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Maria berjalan menyusuri lorong dengan tatapan mata yang tertuju kepada bayi berusia satu tahun di dalam gendongannya. Jika tidak diperhatikan dengan seksama wajahnya yang menggemaskan mirip dengan Romanov, namun ketika diperhatikan dengan lebih teliti, maka dapat ditemukan beberapa fitur yang berasal dari Laura, dan dari ini saja Maria sudah sangat yakin bahwa bayi yang sedang merengek di gendongannya adalah anak Laura beserta Romanov.

Seketika langkah Maria terhenti dan setitik air mata jatuh mengalir di pipinya, namun dia dengan buru-buru menghapus air mata tersebut, lalu dengan bibir yang gemetar Maria mengecup pucuk kepala Vien. Walaupun Vien terlahir dalam keadaan yang begitu rumit, itu tidak membuat Maria tidak menyayangi anak yang terlahir dari putrinya, cucu yang sangat dirinya idamkan. "Betapa tampannya dirimu, cucuku." Bisik Maria lembut. Tangannya yang mulai keriput bergerak mengusap punggung Vien sebelum kembali berjalan menuju kamar tidur utama mansion. "Nenek yakin jika kau sudah besar nanti, kau akan menjadi begitu popular seperti kakekmu, hmm?" Maria bergumam pelan. "walaupun kehadiranmu begitu tidak terduga, nenek langsung jatuh cinta pada Vien saat Vien berada di depan nenek."

Perlahan rengekan Vien mereda dan manik birunya yang begitu persis mirip Laura menatap wajah Maria dengan mata yang berkaca-kaca. Maria terkekeh pelan dan terus mengusap punggung Vien. "Nenek akan membelikan apapun yang Vien inginkan. Vien adalah cucu kesayangan nenek ..." dan tidak Maria sangka, senyum perlahan terukir di wajah menggemaskan Vien, kemudian disusul dengan celotehan Vien serta teriakan yang menggema seolah anak itu mengerti apa yang baru saja sang nenek katakan. Maria menghela lega melihat Vien tidak lagi rewel dan melanjutkan langkahnya.

Kaki Maria berhenti bergerak ketika dirinya tiba di kamar utama mansion. Dia membuka pintu kamar dan menarik napas saat melihat suaminya—Jordan Hamilton, duduk di single sofa sambil membaca buku. "Maria itukah kau?" Jordan bergumam pelan seraya menutup buku dan mengalihkan tatapannya dari buku yang ada di tangan ke arah Maria yang berdiri di dekat pintu. Wajah Jordan yang semula dihiasi oleh senyuman, perlahan berubah menjadi ekspresi yang penuh akan kebingungan. Manik hijaunya yang diturunkan pada Shafira mengarah ke bayi berumur satu tahun yang sedang berceloteh dan bertepuk tangan riang di dalam gendongan Maria. Jordan meletakkan buku yang ada di tangannya ke meja kecil disisi sofa dan berdiri. Manik hijaunya tidak sedikitpun teralih dari sosok Vien. "Maria? Bayi siapa ini?"

Maria menggigit bibir dan jantungnya berdegup cepat. dia sudah tahu pasti Jordan berada di kamar sedang menunggu dirinya, itu sebabnya dia membawa Vien ke kamar utama, namun entah kenapa dia belum siap untuk memberitahu Jordan, apalagi saat melihat kesedihan masih mengisi manik hijau tersebut. Seketika dirinya bimbang, disatu sisi, apabila dia memberitahu Jordan sekarang, maka perasaan suaminya akan terluka, namun di sisi lain, semakin lama dirinya menutup informasi penting ini, maka akan semakin rumit kedepannya. Semakin cepat Jordan tahu, maka akan semakin lebih baik, tapi kenapa Maria begitu enggan? Dia menunduk memperhatikan wajah Vien, lalu perlahan meletakkan Vien di atas karpet tebal yang terbentang luas di tengah kamar. Kamar tidur utama tidak memiliki barang yang berbahaya untuk bayi serta anak kecil, karena sejak Laura kecil, putri mereka selalu ingin tidur bersama kedua orang tuanya, dan tentu saja ada beberapa momen dimana Shafira bermimpi buruk mengenai mendiang ibu kandungnya dan meminta bergabung, jadi bisa dibilang, kamar tidur utama sangat aman untuk Vien.

Broken TrustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang