C H A P T E R 18

1.9K 218 21
                                    

UPDATE!!!

Ayo semua merapat!!! Siapa yang udah nunggu chapter ini? Mana suaranya???

Oke langsung aja ke cerita, semoga kalian suka dan happy reading 😁😁

Vote comment share

Follow recommend

Love,
DyahUtamixx

Seorang wanita dengan gaun pengantin berwarna putih berdiri di depan cermin besar sedang menatap pantulan dirinya sendiri yang saat itu telah selesai bersiap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang wanita dengan gaun pengantin berwarna putih berdiri di depan cermin besar sedang menatap pantulan dirinya sendiri yang saat itu telah selesai bersiap. Dia terlihat begitu cantik dan elegan. Wajah wanita itu telah dipoles make-up natural dan rambut cokelat panjangnya telah dibentuk menjadi tatanan rambut sederhana yang dihiasi sebuah jepitan pita berwarna putih, lalu sebagian anak rambut wanita itu sengaja dibuat lolos dan membingkai wajah cantik wanita tersebut.

Gaun putih bergaya ball gown serta berbahan satin yang dikenakan oleh wanita itu tak kalah indah, Bagian atas gaun membungkus sempurna tubuh sang wanita dengan square neck, menampilkan leher yang berhiaskan kalung berlian sederhana, lalu lengan gaun selutut bergaya puff, bagian punggung yang terbuka, serta rok bergaya A-line panjang hingga ke lantai dengan bagian belakang memanjang beberapa sentimeter, membuat wanita itu tampak seperti seorang putri dari kerajaan dongeng. Jika disimpulkan gaun pengantin itu merupakan gaun impian bagi banyak wanita di hari pernikahan mereka yang akan diadakan sekali seumur hidup. Sudah dapat dipastikan seluruh tamu yang akan hadir akan tertuju pada wanita tersebut. Para tamu wanita akan menatap iri sang wanita, dan para tamu pria akan menatap iri ke arah pengantin pria yang begitu beruntung akan memiliki istri secantik bidadari.

Wanita itu menghela pelan. Menundukkan kepala, lalu melirik sebuah veil yang diletakkan di atas meja rias dengan sebuah tiara kecil nan indah di sisi veil tersebut. Senyum penuh ironi terukir di wajahnya. Bukankah seharusnya dia merasa bahagia? Ini adalah hari pernikahannya bukan? Tapi sayangnya tidak. Pernikahan ini seharusnya bukan untuk dirinya. Gaun yang dikenakannya, tiara, perhiasan, buket bunga, bahkan cincin yang akan tersemat dijarinya bukanlah miliknya. Bibir wanita itu bergetar, dan tidak terasa air mata mengalir di pipinya.

Kesendirian wanita itu terusik ketika mendengar suara pintu terbuka. Dia mendongakkan kepala dan tatapannya berubah semakin sedih melihat tidak ada setitik senyum menghiasi wajah sang ibunda yang begitu dicintainya. "Mama ..."

"Laura, kau tahu bahwa masalah ini semakin rumit bukan?" tanya Maria langsung pada inti permasalahan. Tidak ada pancaran kebanggaan maupun keharuan di manik biru yang diturunkan Maria pada Laura, hanya ada kesedihan serta kekecewaan. "Aku tidak tahu bagaimana caranya untuk menyelamatkanmu, anakku."

Wanita itu, yang tidak lain dan bukan adalah Laura semakin terpukul melihat air mata menetes di pipi Maria, dan perasaan bersalah sekarang telah menguasai hatinya. Laura sadar bahwa keputusannya selama ini adalah salah, tapi tidak ada yang bisa dia lakukan. Dia hanya bisa bersiap untuk menghadapi hasil dari keputusan bodohnya itu. Laura meneguk ludah dan membalikkan tubuh, berjalan menghampiri Maria dan meraih tangan wanita paruh baya itu dengan lembut. "Mama ... aku ..."

Broken TrustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang