7. Petir dan Mati Lampu

10K 981 73
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


7. Petir dan Mati Lampu


Abhizar berjalan gopoh sembari meringis menahan pedih pada luka ditangannya. Kehujanan membuat perban yang melilit ditangannya itu basah hingga menembus lukannya.

Abhizar membuka pintu utama rumah bernuansah putih itu.

"Assalamualaikum." ucap Abhizar.

Sunyi. Keadaan rumah yang gelap gulita karena mati lampu serta hujan yang deras ini membuat suasana terlihat mencengkram. Tidak ada yang menjawab salamnya. Mungkin Fayza tidak mendengarnya karena suara gumuruh petir yang menghiasi malam ini, pikir Abhizar.

Abhizar mengeluarkan ponselnya untuk dijadikannya penerangannya. Dengan menenteng dua kantung yang berisi mie ayam, cowok itu berjalan ke kamar untuk mencari keberadaan Fayza, mungkin gadis itu sudah tertidur.

"Hiks hiks, Ma_mami Fay_za t_ta_kut pe_petir hiks."

"Astagfirullahal'adzim, Za?" Abhizar meletakan mie ayam diatas ranjang lalu segera menghampiri gadis yang masih mengenakan mukena itu terisak memeluk lututnya sendiri.

"Hiks hiks."

"Fayza, kenapa?" panik Abhizar dan malah membuat isakan tangis itu semakin menjadi.

"Hei, lo kenapa? Ini gue, Abhizar." Abhizar lalu mendongkakkan kepala Fayza.

Duarrr!

Greppp

"MAMI FAYZA TAKUT!"

Abhizar termangu. Suara petir kembali menghantam dengan lebih keras. Dan saat itu juga Fayza semakin mengeratkan pelukannya pada Abhizar.

Fayza semakin terisak, namun Abhizar perlahan justru tersenyum tanpa ia sadari. Hatinya berdesir hangat, pelukan Fayza ini sangat nyaman dan hangat untuknya. Sesaat rasa pedih pada lukanya menghilang.

"Kenapa nangis, hm?" tanya Abhizar lembut pada Fayza.

Fayza masih diam, gadis itu sepertinya belum berniat akan menjawabnya. Beberapa detik berlalu, Abhizar merasakan Kausnya yang sudah basah semakin basah karena Fayza menangis tersedu - sedu. Abhizar juga menyadari kalau sedari tadi gadisnya itu mengusapkan ingusnya pada kausnya.

Tangan Abhizar lalu terulur untuk membalas pelukan itu.

"Jangan pegang - pengang! Basah, ih!" semprot Fayza.

"Gak boleh pegang - pegang karena basah, tapi masih betah peluk gue gak di lepas - lepas." batin Abhizar.

"Iya iya maaf." lebih baik Abhizar mengalah.

"Lo tuh jahat, hiks." Fayza lalu melepaskan pelukannya dengan cepat.

"Lah gue kenapa?" tanya Abhizar bingung.

Balikan Paling Halal (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang