•.•.•
45. Kehilangan Kesabaran
Air mata Alifa terus mengalir saat dia ikut mengantarkan Abhizar ke rumah sakit, Alifa benar-benar takut jika sesuatu yang buruk terjadi pada Abhizar.
Alifa duduk di depan ruangan tempat Abhizar sedang ditangani oleh dokter, gadis itu tidak berhenti menangis dan terus memikirkan bagaimana jika Abhizar tidak bisa diselamatkan.
Bian yang sedang berdiri tidak jauh dari tempat duduk Alifa memicingkan matanya, Bian kemudian melemparkan tatapan nyalangnya kepada Alifa.
"Berisik." cetus Bian membuat Alifa memalingkan wajahnya.
"Pulang, kalo gak bisa diem." cetus Bian lagi.
"Bi...," tegur Fisya membuat Bian mendengus.
Fayza duduk diantara Aldan dan Fisya yang sejak tadi siaga di sampingnya. Fayza juga menangis, namun dia tidak seberisik Alifa.
"Fayza, sabar yaa..." Fisya mengusap pundak Fayza dengan lembut.
"Kak Abhizar pasti baik-baik aja." tutur Fisya.
Meski hanya diam, Fayza sama sekali tidak bisa tenang. Fayza takut jika hal buruk terjadi pada suaminya, terlebih saat dia mengingat kejadian beberapa waktu yang lalu ketika Abhizar nyaris kehilangan nyawanya.
Tidak lama berselang, dokter keluar dari ruangan tempat Abhizar ditangani.
"Dokter," Bian cepat-cepat menghampiri sang dokter.
Dokter itu mengulas senyum dan menepuk pelan pundak Bian, "Kakak kamu baik-baik saja, sebentar lagi dia akan sadar."
Bian menghela napasnya lega, begitu juga dengan yang lain.
Fayza tersenyum, dia merasa lega dari rasa takut dan khawatir yang sejak tadi menjeratnya.
"Dokter, kita boleh lihat Abhizar di dalem?" tanya Fayza dengan mata yang berkaca-kaca.
Dokter itu mengangguk, "Silahkan."
Fayza kembali tersenyum, dia usap air matanya yang menetes dan langsung masuk ke dalam ruangan di ikuti Fisya dan juga Aldan.
Alifa juga tidak kalah antusias untuk masuk menemui Abhizar, gadis itu juga cepat-cepat ingin masuk melihat dan memastikan sendiri kondisi Abhizar.
"Mereka aja yang masuk, Lo gak usah!" Bian menghadang Alifa di pintu masuk ruangan Abhizar.
"Minggir, jangan halangi gue!" Alifa memaksa untuk masuk, namun Bian tetap kekeuh tidak mengizinkannya.
"Bian!" Alifa mendelik tajam memandang Bian.
"Apa?" Bian juga melotot pada Alifa.
"Jangan kurang ajar ya Lo sama gue! Gue ini bakal jadi kakak ipar Lo!" ujar Alifa dengan percaya dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Balikan Paling Halal (SUDAH TERBIT)
Teen Fiction"Aku titip kepadamu Ya Allah segala hal yang aku cintai."