16. Andai semuanya tidak pernah terjadi

6.9K 674 43
                                    

•.•.•.•

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




16. Andai Semuanya Tidak Pernah Terjadi


Memikirkan apa yang terjadi tadi pagi membuat Abhizar tidak bisa tenang. Semua orang terkecuali Bias menganggap dirinya lah sebagai sebab dari kematian adik kembarnya dan adik kembar Aldan. Azzahra dan Aiza.

Meski semua pihak telah memaafkannya, tetap saja Abhizar tidak akan pernah tenang karena masih ada satu orang yang tetap menyimpan dendam itu. Abhizar menopang beban kesalahan yang tidak pernah ia lakukan.

Abhizar menyibak selimutnya lalu berjalan menuju kolam renang yang ada dihalaman rumahnya, sambil menikmati tenangnya genangan air ia pun larut dalam bayangan kelam itu.

Saat itu Abhizar duduk menyendiri di taman belakang pesantren ditemani angin malam yang sukses membuat bulu kuduknya berdiri karena terapannya. Meskipun demikian, Abhizar tetap kekeuh untuk menyendiri di sana.

"Kalo Bias punya masalah, jangan di pendem sendirian." seorang gadis berwajah cantik hampir menyerupai Abhizar namun dalam versi perempuan itu datang dan duduk di samping Abhizar.

Abhizar menundukkan kepalanya lalu menghirup udara dalam - dalam untuk menghilangkan pengap di dadanya.

"Kita coba bicara pelan - pelan sama umi sama abi, ya?" ucap Aiza memiringkan kepalanya untuk melihat wajah kembarannya itu.

"Gak mau nyusahin umi sama abi." Abhizar berkata dengan pandangan lurus ke depan.

Aiza menghela napasnya pelan sebelum berucap, "Gak ada yang tau kedepannya bakalan gimana. Kalo Aiza gak sempet nemenin Bias buat jujur ke umi sama abi gimana?"

Abhizar berdecak, "Ngelantur."

Aiza tersenyum tipis namun sangat manis, "Sekarang Aiza jauh dari Bias. Aiza ada di pesantren, sedangkan Bias ada di apartemen. Sekolah Bias juga gak deket dari rumah." ucap Aiza.

"Damian bisa Dateng kapan pun, dan Aiza gak bisa selalu ada di samping Bias."

"Maafin Aiza, Aiza terpaksa kasih tau Bian." ucap Aiza membuat Abhizar langsung menoleh pada gadis itu.

Terjadi jeda dalam keheningan selama beberapa detik antara dua saudara kembar itu.

"Kalo mulutnya masih fungsi tuh ngomong, jangan diem aja kaya orang gagu."

Suara itu mengejutkan Abhizar, suara yang ia dengar kurang lebih selama satu tahun yang lalu. Abhizar segera menoleh kebelakang dan mendapati Bian tengah berdiri dan hendak berjalan kearahnya dan Aiza.

Abhizar mengernyit, dalam hatinya bertanya - tanya kenapa adik laknatnya itu bisa ada di sini. Seharusnya ia masih ada di pesantren luar kota dan masih lama untuk pulang.

"Bian, pedes banget kalo ngomong!" Aiza menggeleng - gelengkan kepalanya.

Aiza membulatkan matanya saat Bian dengan kaus hitam polos dan celana pendeknya yang bewarna mocca dengan santainya berjalan menghampirinya.

Balikan Paling Halal (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang