Chapter 5

30 3 0
                                    

Sebulan telah berlalu semenjak Raja Rendell datang. Yang artinya upacara kedewasaan sebentar lagi.

Mithriel menghabiskan kegiatan di istana seperti biasa. Makan, belajar, berlatih, dan terkadang keluar dari istana.

Nimriel liburan juga lama, karena ini untuk upacara kedewasaan semua anak perempuan di Tuneca, jadi banyak yang harus di persiapkan. Juga perlu banyak waktu untuk menyiapkan acara di akademi nanti.

Upacara kedewasaan hanya tinggal 2 hari lagi. Mithriel tidak pernah bertemu para bangsawan kecuali dari Kerajaan utara, itu cukup membuatnya gugup.

Dia tidak bisa menilai orang. Selalu menerima semua orang yang masuk ke kehidupannya.

Mithriel yang memulai tarian pertama. Dan dilanjutkan oleh anak perempuan dengan pasangannya masing masing.

Dia memang tidak terpikirkan tentang perjodohan, walau sesekali Larien membahasnya. Tapi selalu di tolak. Dia berkata "kakek, Mithriel masih 15 tahun. Jika Mithriel meninggalkan kakek dan nenek sendirian, Mithriel tidak bisa. Akan Mithriel pikirkan setelah Mithriel bertemu dengan ayah," ucapnya waktu itu yang membuat kakek dan neneknya terkejut.

"Ravi, kau mau berlatih bersamaku?" tanya Mithriel saat duduk bersantai di atas sofa. Lira juga ada di sampingnya.

"s-saya?" tanya Ravi dengan nada bergetar.

"Tuan Putri, Ksatria Ravi memiliki kekuatan yang besar. Saya dan Ksatria Ravi tidak mau Tuan Putri terluka," Sambung Lira dan dibalas Ravi yang mengangguk semangat.

"Aku tidak akan kenapa kenapa, selama ini aku tidak pernah menilai seberapa besar kekuatanku. Walau aku tidak memiliki Sihir, aku bisa menggunakan senjata,"

"Ayolah, Ravi. Kumohon," Mithriel memohon dengan mata berbinar penuh harapan.

"B-baiklah," ucap Ravi menyetujui.

Mithriel membawa satu buah pedang dan meletakkannya di pinggang, satu buah panah dan anak panah yang di letakkan di punggung, juga 2 belati di punggung.

Ini bukan pertama kali bagi Ravi melihat Mithriel berpakaian seperti ini. Itu sedikit mengganggu pergerakan, apalagi pedang itu. Begitulah pikir Ravi.

Mithriel mengeluarkan anak panah nya membidik Ravi yang bergerak cepat. Ravi mengeluarkan sihirnya, itu bukan sihir yang berbahaya.

Mithriel mengamati dan mendengar langkah kaki Ravi, membaca pergerakannya lantas menembakkan anak panah nya. Karena Ravi menggunakan sihir itu mudah di tepis, karena sihir salah satu pelindung jarak jauh terbaik.

Baiklah, tapi mereka petarung jarak dekat yang buruk.

Dia mengambil pedang, gilirannya memelesat cepat. Mata Mithriel bersinar. Beberapa kali seharusnya dapat melenyapkan Ravi, tapi Ravi langsung melompat menjauh.

Jika Ravi adalah lawan sungguhan mungkin dia sudah habis terkena pedangnya Mithriel.

Ravi meningkatkan sihirnya tahap kedua. Itu sihir untuk melawan musuh sebenarnya. Sepertinya Ravi sudah membaca kemampuan kekuatannya. Dan sekarang dia yakin dengan kemampuan Mithriel dan melawannya dengan sungguh sungguh.

Mithriel mengeratkan jari jarinya di pedangnya. Membuat kuda kuda yang kokoh, dan memelesat cepat. Sihir Ravi dan pedang itu bertubrukan. Pedangnya sudah hampir terbelah karena gesekan sihir Ravi yang kuat.

Pantas saja dia memiliki sejarah keluarga yang hebat.

Mithriel melompat menjauh, pedangnya sudah bengkok. Dia mengambil 2 belati yang ada di punggungnya.

Kini Ravi memelesat duluan, Mithriel belum bersiap dan Sihir perisainya keluar dengan sendirinya. Sihir satu satunya yang bisa di gunakan dan Sihir yang selalu dia latih.

Si Petualang dengan Busur || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang