Recanter. Nama yang tidak mereka kenal. Tidak satupun diantara mereka.
Mithriel terduduk lemas disamping tempat tidur ayahnya. Menangis lagi, dia menangis tanpa suara. Air matanya terjatuh sangat deras. Dia meremas kertas itu dan menunduk frustasi.
"Tuan Putri?" panggil Sean. Dia mengusap punggung Mithriel dengan hangat.
Walau dia tidak punya keluarga dia tidak bisa merasakan apa yang Mithriel rasakan. Di tidak pernah bertemu orang tuanya, dia anak yang ditemukan di pinggiran laut oleh penduduk. Keluarga? Itu tidak terlalu berbekas buat Sean.
Melihat seluruh keluarga kerajaan mati di depannya dengan lautan darah. Itu tidak pernah terbayangkan oleh Sean sendiri.
"Mithriel!" panggil Athall tegas.
Mithriel tidak mempedulikannya. Dia hanya menunduk dan menatap kebawah dengan punggung bergetar.
"Aku tidak bisa bertahan Athall. Tolong aku, ku mohon." Mithriel menggenggam pucuk celana Athall dengan erat dan tertunduk.
Athall melihat Mithriel yang masih terisak di bawahnya. Menggenggam celananya erat tanpa niat melepaskan.
Sean menyingkir dari duduknya, pindah ke samping Mithriel sambil tetap mengusap punggungnya.
Nincel dan Egoz melihat tanpa bisa berbuat apapun. Mereka tidak pernah melihat orang menangis seperti Mithriel. Air mata yang terus mengalir, isakan tangis yang sangat pelan, dan punggung yang berguncang hebat.
Bahkan, cahaya di matanya kini hilang.
Dari dalam diri Mithriel sesuatu bergejolak dalam tubuhnya, panas dan meledak di dalam pikiran dan hatinya. Tidak bisa berfikir dengan baik selain menangis.
"Keluar!" teriak Mithriel.
Mereka semua terkejut. Mendengar teriakn Mithriel.Tapi teriakan itu tergantikan dengan cahaya terang yang tiba tiba saja muncul.
Itu mereka, penjaga sihir Mithriel.
Mereka menatap 6 orang yang baru muncul itu dengan tatapan terkejut, tidak percaya akan yang mereka lihat.
Tatapan mata para penjaga sihir itu tepat melihat kearah Mithriel. Mereka melemah karena kesedihan Mithriel.
"Kumohon bertahanlah," ucap Lengsa, memeluk Mithriel dengan tubuhnya yang melemah.
"Aku tidak bisa bertahan. Rasa nya ini membunuhku, melihat semua darah ini, dan mayat yang aku lewati. Semua orng yang aku sayang, termasuk kakak.... Aku kehilangan mereka semua," ucap Mithriel dia menatap mata Lengsa dengan penuh rasa penyesalan, kesedihan, dan amarah.
Menre membantu Lengsa berdiri. Melihat Lengsa yang sangat melemah karena kesedihan Mithriel ditambah dengan kesedihannya, itu bisa membuatnya lebih buruk.
Relos segera menarik Mithriel untuk berdiri. Mithriel melepas pegangannya pada celana Athall, dan menatap Relos penuh air mata yang mengalir tanpa henti.
Relos menatap mata Mithriel, "jangan menangis, kumohon jangan menangis Mithriel. Kumohon, bertahanlah." Dia memeluk Mithriel yang semakin menangis.
Perkaataannya yang terkadang menyebalkan, kali ini sangat hangat membuat semua orang di sana menangis. "Kau tau? Elf tidak pernah menangis. Kau meruntuhkanku, jadi kumohon jangan menangis." Relos mengusap air mata Mithriel yang tetap tidak berhenti turun.
Value tanpa aba aba langsung memeluk Mithriel erat sekali. Dia tidak mennagis, tidak mengucapkan apa apa, hanya memeluk dan berdiam diri sampai tangisan Mithriel sedikit mereda.
Dee yang terparah, dia bahkan sudah hampir menghilang karena tubuh Mithriel melemah. Dee adalah sumber kekuatan Mithriel.
Tangisan nya mereda, hanya meninggalkan tatapan kosong menatap ayahnya yang tidak bernyawa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Si Petualang dengan Busur || END
FantasíaSeorang Putri kerajaan yang tidak memiliki sihir dan hanya menggunakan senjata untuk perlindungan dirinya, yang bahkan senjata sudah tidak pernah lagi dipakai oleh manusia sejak 300 tahun yang lalu setelah sihir ditemukan. Dia adalah Mithriel, yang...