Chapter 38

11 0 0
                                    

"dimana aku?" Mithriel berada di tempat gelap dan senyap, tetapi dia bersinar. Baju tidur putih yang ia kenakan tampak bersinar seperti bintang.

"Halo, kekasihku," seseorang berbicara.

"Hai, cintaku," seseorang lainnya berbicara.

"Selamat datang, kesayanganku," yang lain ikut bersuara.

Mithriel berusaha mempertajam penglihatannya saat ia melihat beberapa titik-titik terang dari kejauhan seperti mendekat kearahnya. "Benda apa itu?" gumamnya.

Saat Mithriel dapat melihatnya dengan jelas, dia bisa melihat titik-titik itu berubah menjadi wujud seperti manusia. Seperti lelaki, tidak, seperti perempuan, atau lelaki? Keduanya membingungkan, siapapun mereka rupa mereka terlihat sama, cantik sekaligus tampan, rambut kelabu yang panjang bersinar, serta mata hijau bersinar.

Pakaian putih mereka terlihat bersinar terang, kulit yang sangat putih dan pucat. Mereka yang memanggilnya dengan panggilan panggilan tadi.

"Kalian.... Siapa?" tanya Mithriel melihat ke arah mereka bergantian.

Salah satu diantara mereka maju, dia tersenyum manis kearah Mithriel. "Kami adalah kekasihmu, Mithriel. Para Bintang." Mithriel terkejut sekaligus melangkah mundur.

"Ba-bagaimana bisa?" tanya Mithriel.

"Tentu bisa, kami sudah mengumpulkan kekuatan kami sejak lama. Hanya untuk melihat salah satu kekasih kami yang berharga," ucapnya.

Mithriel terkejut, "salah satu?" tanya Mithriel lagi.

"Iya, sudah ratusan tahun kami mengumpulkan kekuatan untuk bisa berkomunikasi dengan kekasih kami lagi. Menahan rindu teramat, puluhan kekasih yang tidak bisa kami temui, akhirnya salah satunya bisa kami lihat dari dekat. Sebelumnya kami hanya menjaga dan melihat dari jauh."

Mithriel tertawa, "menjaga? haha. Aku saja hampir mati karena sihir gelap itu, jika kalian benar-benar menjagaku, aku tidak akan sekarat di dunia ini." Mithriel menatap mereka dengan marah.

"seharusnya ibuku bisa masih hidup jika kalian benar-benar menjaganya." Mithriel mulai meninggikan suaranya. Mereka terkejut, tatapan kecewa dan marah bisa mereka lihat di mata yang bersinar itu.

Salah satu dari mereka kembali maju. "Kami menjaga seluruh kekasih kami. Jika bukan karena kekuatan yang kami sebarkan ke kaum kaum yang ada di bumi, kau sudah mati. Sinar yang menyinari matamu, adalah kekuatan kami. Alasan ibumu meninggal, karena kondisi tubuh yang lemah dan tidak bisa menggunakan sihir besar yang diberikan ayahmu padanya," ucapnya menekan kalimat yang keluar dari mulutnya. Menatap mata Mithriel yang sudah jengah dengan yang ia alami.

"Kami disini hanya untuk melihatmu, menawarkan bantuan yang mungkin akan kau butuhkan, Mithriel. Kau tau, banyak kaum yang masih setia dengan kami, kau bisa meminta bantuan dari mereka hanya dengan mengatakan kau adalah kekasih para bintang." Yang lain maju, mengatakan kalimat dengan pelan dan lemah lembut. mencoba mengerti keadaan Mithriel.

Mithriel berjongkok, menyembunyikan wajahnya. Dia menangis. Menangis karena lelah dengan semua yang ia alami, dia bingung harus berbuat apa, dia tidak pernah dipersiapkan untuk ini. Dia hanya seorang gadis yang memiliki impian bertualang, seorang Putri yang tidak pernah dipelajarkan tentang tata cara mengelola kerajaan, seorang teman yang ingin semua orang baik baik saja, dan seorang anak yang ingin melihat ayahnya lebih lama.

Si Petualang dengan Busur || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang