Chapter 29

12 0 0
                                    

Pagi hari Mithriel sudah bersiap memakai pakaian berlatihnya. Sebenarnya badannya sangat ingin beristirahat, tapi dia tetap melawannya dan mencoba memainkan belatinya.

Mithriel juga menyuruh Tara membawakan pedangnya, mencoba untuk mengangkatnya sekarang. Walau pedang elf ringan, tapi entah kenapa Mithriel selalu menjatuhkan pedangnya saat dia angkat.

"Anda yakin Tuan Putri?" tanya Tara dengan wajah cemas. Keringat membanjiri wajah Mithriel, wajahnya pucat dan nafasnya terengah-engah.

Dia tidak menjawab hanya mengangguk sambil menelan ludah dan berusaha mengatur nafas. "Ayolah, kau tidak selemah ini, Mithriel." batinnya.

Tidak ada yang tahu kalau dia sedang berlatih, Athall dan Ateli juga Wendy tidak mengetahui Mithriel berlatih, hanya Tara yang tahu. Mithriel menyuruh Tara ke taman belakang dan membiarkan dia berlatih. Tara menolak keras sebelumnya, tapi siapa yang bisa menolak Mithriel?

"Berikan panah itu!" perintah Mithriel sambil menunjuk ke arah panah yang tergeletak di tanah.

Kepalanya sudah sakit sekali, dan matanya tidak bisa fokus. Mithriel menggelengkan lagi kepalanya, berusaha menghilangkan rasa sakit kepalanya.

Mithriel menarik tali busurnya dan itu sangat sulit karena dia tidak memiliki tenaga yang cukup, tapi yang namanya Mithriel tidak akan menyerah atau jangan panggil dia Si Petualang dengan Busur. Mithriel kembali menarik tali busurnya, membidik ke arah papan target didepannya. Tanpa disadar, darah segar mengalir dari hidungnya.

Mithriel tetap fokus membidik targetnya, dan wushh panahnya melesat dan tertancap tepat di tengah papan target. "Oh? Aku mimisan." Mithriel mengelap hidungnya dengan baju yang ia gunakan.

Tara sudah terkejut setengah mati. Dia sudah berteriak agar Mithriel berhenti berlatih. Bahkan tangannya sudah bergetar melihat darah yang terus keluar dari hidung Mithriel.

"Anda harus mendengarkan saya, Tuan Putri." Tara menarik paksa busur yang sebelumnya ada ditangan Mithriel.

Mithriel menatap tajam ke arah Tara. "Jangan sampai aku membunuhmu disini, Tara." Tatapan yang tidak pernah dilihat Tara. Darah yang terus mengalir dari hidungnya, benar benar membuat Mithriel sangat menyeramkan.

Tara bergidik ngeri dan menjatuhkan senjata yang ia pegang. Mithriel mengambil busur dan panah yang dijatuhkan Tara. Dia tidak selemah tadi, entah apa yang memicunya kini dia dengan mudah menarik tali busurnya.

Dengan darah yang terus mengalir dia dengan tatapan tajam terus menembak kearah papan target sampai menghabiskan seluruh anak panahnya. Mithriel tau fisik dia sekarang sangat lemah, tapi dia tidak mau semua hal yang ia lakukan dilarang secara paksa.

Tara hanya diam mematung menunggu Mithriel siap berlatih. Mithriel berjalan kearah papan target menarik semua anak panah yang menancap, kemudian kembali meletakkan di tasnya. Mithriel juga memainkan pedangnya mengayunkannya dengan indah, seperti tarian tapi mematikan.

Latihannya selesai. Mithriel tidak melihat ke arah Tara sama sekali, bahkan tidak mau Tara membawakan senjatanya. Dia berjalan melewati para penjaga dengan tatapan menyeramkan serta sisa darah yang sudah mengering.

Beberapa pelayan yang juga melewatinya terkejut dan menutup mulutnya. Tampang pucat Mithriel tidak dapat disembunyikan.

Dari kejauhan Mithriel melihat Athall menuju ke arahnya. Mithriel tidak mengelak, dia terus berjalan lurus tidak menundukkan pandangannya, tidak membersihkan sisa darah yang ada diwajahnya.

Athall yang melihat itu terkejut. Dia berlari ke arah Mithriel, dia ingin menemui Ateli harusnya tapi karena melihat Mithriel seperti ini, dia mengurungkan niatnya.

Si Petualang dengan Busur || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang