Mithriel duduk di taman utama istana. Taman yang dulu sering ia kunjungi untuk mencuri curi pandang melihat ayahnya.
Angin berhembus pelan membuat rambutnya berterbangan. Dia memejamkan matanya menghirup nafas dalam dalam kemudian menghembuskannya perlahan. Tara yang berdiri dibelakangnya hanya menatap Mithriel, tanpa berbicara apapun.
Iya, kini Tara yang menjadi Ksatria penjaganya. Atas kemauan Tara sendiri, dia mengajukan diri. Dan betapa terkejutnya dia saat tahu kabar bahwa Mithriel akan pergi melewati perbatasan pohon Oak.
"Tuan Putri tidak perlu melakukannya, biar para prajurit dengan penyihir saja yang pergi kesana," ucapnya saat itu.
"Tara, aku bisa. Aku tidak akan bisa tidur dengan tenang jika aku tidak mengetahui secara langsung. Kau tidak akan kehilangan Nona mu lagi," ucap Mithriel kemudian menautkan jari kelingkingnya dengan Tara.
Plop! Athall muncul di depan Mithriel. "Pangeran utara sebentar lagi akan sampai," ucapnya kemudian duduk di samping Mithriel.
Mithriel melihat ke arah Athall yang sedang memelintir rambutnya dan mengangkat satu kakinya. "Kenapa wajahmu menekuk seperti itu?" tanya Mithriel.
Athall tidak menjawab.
Teman temen Mithriel yang lain berada di perpustakaan, mencari sesuatu yang bisa menjadi petunjuk mereka yang lain untuk esok.
Mithriel dan Athall diam cukup lama, kemudian Mithriel bangkit. "Kau mau kemana?" tanya Athall.
"Menyambut Pangeran Utara. Kau mau ikut?" tanya Mithriel.
Athall tidak menjawab, tapi dia langsung berdiri dan pergi bersama Mithriel.
Mereka berdua berjalan dengan hening, tidak ada yang memulai percakapan. Tara yang mengikuti dari belakang hanya berjalan diam dan merasakan kecanggungan diantara Penyihir dan Tuan Putri.
Dari kejauhan langkah kaki kuda terdengar, para prajurit dan pelayan siap menyambut Pangeran Utara.
"Selamat datang, Pangeran Utara." ucap Mithriel kemudian membungkuk.
Ateli balas membungkuk kepada Mithriel, "silahkan masuk."
"Saya akan memberi tahu anda ruangan mana saja yang bisa anda pakai, ini ruangan kerja yang akan anda pakai ya bersebelahan dengan ruang kerja Raja, kamar anda tidak jauh dari sini nanti pelayan akan menunjukkannya. Dan ini perpustakaan, ya anda tidak bisa masuk tanpa seizin saya." Mithriel tersenyum berbalik badan menghadap Ateli. "Terima kasih." sambungnya.
Athall yang sedari tadi mengikuti hanya membuang nafas malas. "Oh! Ini sihir penghianatan, jika tiba tiba kau ingin berhianat dengan merampas semua kerajaan Tuneca, sihir ini akan menjalar ke seluruh tubuhmu dan menghancurkanmu berkeping-keping." Bisik Athall. Pandangan tak suka Ateli lemparkan kepada Athall, dia tidak pernah mau mengambil kerajaan Tuneca.
Athall kemudian menjentikkan jari kelingkingnya, menghentikan aliran sihir penghianatan yang tengah merubungi badan Ateli. Kemudian dia tersenyum tipis.
"Baiklah, saya akan mengantarkan anda ke kamar anda, dan saya akan kembali ke ruangan saya."
.....
"Disini tertulis, elf kegelapan menyukai bintang bintang yang ada di langit, tapi tidak menyukai cahaya matahari langsung. Kan namanya Elf kegelapan, gimana, sih?" Sean mengoceh menanggapi buku yang ia baca, masih tentang Elf kegelapan.
Nincel sudah panas kupingnya mendengar ocehan Sean, dia akan mengoceh sampai ia membalik halaman halaman berikutnya.
Sekarang mereka harus fokus mencari petunjuk lain, bukan mendengarkan ocehan Sean yang tidak bermanfaat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Si Petualang dengan Busur || END
FantasySeorang Putri kerajaan yang tidak memiliki sihir dan hanya menggunakan senjata untuk perlindungan dirinya, yang bahkan senjata sudah tidak pernah lagi dipakai oleh manusia sejak 300 tahun yang lalu setelah sihir ditemukan. Dia adalah Mithriel, yang...