Mithriel memang menggunakan sihir perisainya untuk melindungi mereka, tapi berjaga juga tetap harus mereka lakukan.
Hanya ada suara api dari kayu yang terbakar.
Satu tetes air mata turun, dia mengingat kejadian menyenangkan dulu, yang bagaimana dulu selalu menjadi penenang hatinya sekarang menjadi luka yang selalu membekas di ingatan dan hatinya.
Kepalanya penuh dengan kata "jika saja, jika saja, dan jika saja." Penyesalan malam itu pasti selalu menghantui setiap langkah dia meninggalkan istana.
Semuanya memang sudah berlalu, maka memang harusnya Mithriel memandang apa yang sekarang ada didepannya. Tapi alasan dia terus melangkah adalah karena apa yang sudah terjadi, jadi bayang bayang itu tidak akan pernah bisa dilupakan.
"Hahh..." Mithriel menghembuskan nafasnya. Ini seharusnya sudah berganti jam, tapi dia tidak membangunkan seorang pun dari mereka yang tertidur.
Mithriel harus menyelesaikan tangisannya dan tidak boleh terlihat oleh siapapun.
15 menit sudah dia mengatur nafas dan pikirannya, juga air mata yang sudah mengering. Mithriel langsung membangunkan Nincel yang memang harus bergantian jaga dengannya.
"Nincel, bangun. Nincel!" Mithriel menggoyangkan tubuh Nincel. Nincel bangun sambil mengucek matanya, melihat wajah Mithriel kemudian berganti melihat sekitar.
Mithriel tidur di tempat sebelumnya Nincel tidur.
Setelah Nincel berjaga dia membangunkan Egoz, kemudian Athall lalu Sean dan terakhir Fares.
Hari mungkin sudah pagi diluar sana. Lebatnya hutan tidak dapat menembus cahaya matahari masuk ke dalam hutan. Mereka terus berjalan dengan Athall yang berada di depan.
"Penjaga berikutnya, sedikit berbahaya. Kalian harus menggunakan kekuatan untuk menghadapinya. Dia tidak memihak siapapun, tidak pada Raja Tuneca maupun para bintang, atau makhluk apapun di dunia ini. Dia hanya mematuhi dirinya sendiri," ucap Athall, terdengar menakutkan bagi Sean. Tetapi, menjadi tantangan baru bagi Mithriel.
Di depan mereka sebuah kubangan air terlihat, tidak terlalu lebar tetapi sepertinya agak dalam. Seperti kubangan tapi bukan kubangan, dibilang danau juga.... Danau ada di tengah hutan?
Tiba-tiba saat dimana mereka mencoba memutari danau itu, gelembung-gelembung besar muncul. "Hah!"
Mereka memasang kuda kuda, Fares dibelakang mereka. Dia tidak bisa bertarung.
Perlahan, gelembung gelembung itu membesar, kemudian sesuatu merangkak keluar. Seperti kaki kalajengking.... tidak! itu tentakel.... bukan itu kaki kalajengking.....
"HAH!" Sean berteriak. Itu hewan dengan tentakel juga kaki kalajengking dengan tubuh kalajengking yang besar. Sangat menyeramkan.
Tingginya lebih dari 3 meter.
Mereka memasang kuda-kuda, Mithriel adalah petarung jarak jauh. Dia mengeluarkan tiga anak panahnya, berlari menuju pohon pohon, kemudian berteriak "RELOS!" Seketika kupingnya berubah menjadi kuping elf.
Mithriel memanjat pohon pohon itu dengan sangat lihai. Saat sampai di tempat yang lebih tinggi dari makhluk itu, Mithriel melompat keatasnya menembak kepalanya sangat keras.
"Kepalanya.... Itu keras sekali," ucap Nincel yang melihat anak panah Mithriel hancur berkeping-keping.
Athall juga bergerak, dia terbang mengayunkan tangannya kemudian mengangkat salah satu kaki hewan itu. ZASH! tubuh Athall terpelanting. Tentakel hewan itu menghempaskan tubuh Athall dengan mudah.
Tiga orang lainnya tidak diam saja, Egoz, Nincel dan Sean. Nincel kepekaannya terhadap sihir membuatnya mengumpulkan percikan sihir Athall tadi dan menggabungkan dengan sihirnya membuat satu cahaya merah kuat menyinari hutan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Si Petualang dengan Busur || END
FantasySeorang Putri kerajaan yang tidak memiliki sihir dan hanya menggunakan senjata untuk perlindungan dirinya, yang bahkan senjata sudah tidak pernah lagi dipakai oleh manusia sejak 300 tahun yang lalu setelah sihir ditemukan. Dia adalah Mithriel, yang...