Chapter 26

12 0 0
                                    

"Oh Hai!" Mithriel melambaikan tangannya.

Mereka mendekat, "kau sudah baikan?" tanya Nincel. Mithriel mengangguk.

"Tidak ada yang sakit?" tanya Sean. Mithriel menggeleng.

"Aku sudah baik baik saja. Aku bisa memanah lagi sekarang. Bagaimana dengan kalian? Kalian baik baik saja? Bagaimana denganmu Athall?"

"Aku baik baik saja."

"Dimana kurcaci itu?" tanya Egoz.

"Dia bilang ada yang perlu dibeli. Ayo kita pergi sekarang." ucap Mithriel.

Mereka bertatapan satu sama lain. Pergi? Langsung?

"Tidak kah kita harus sarapan dulu?" tanya Sean.

"Nona itu benar Tuan Putri. Kalian harus makan dahulu." Kurcaci itu muncul secara tiba-tiba dan masuk ke dalam rumahnya.

Mereka kembali masuk mengikuti kurcaci itu, dan duduk di ruang makan kecil miliknya.

"Menara penyihir tidak jauh lagi. Kita bisa sampai sebelum tengah hari jika berangkat sekarang." Bisik Athall ke Mithriel.

"Setidaknya satu suap roti, nak." Sela kurcaci itu sambil menyiapkan roti di piring mereka masing masing.

Walau sudah pagi, kondisi di Kerajaan ini tetap gelap. Selain tertutup hutan yang lebat, mereka juga tidak membangun Kerajaan di permukaan, mereka menggali dan membuat Kerajaan dibawah tanah. Walau masih ada pemukiman dipermukaannya.

Setelah 15 menit menghabiskan makan dan minum serta mengucapkan terima kasih dan salam perpisahan, mereka kembali bergegas keluar dari goa bawah tanah.

Begitu keluar dari goa mereka langsung memanjat pohon pohon tinggi itu. Tidak bergerak dari darat, mereka melompat dari pohon ke pohon, ranting ke ranting. Walau sering diganggu hewan hewan besar yang tinggal di atas pohon.

"Kurcaci tua itu baik, tapi aku tetap tidak suka melihat kaumnya."

"Sangat keras kepala dan arogan." ucap Nincel.

Tidak ada yang menanggapi, Fares yang masih kesusahan untuk melompat ke pohon juga sibuk sendiri.

"Bau harum ini.... Kita sudah dekat!" ucap Athall mempercepat lompatannya.

Mithriel yang mendengarnya ikut mempercepat lompatannya. Tapak tak bersuara, masih membuat bingung mereka. Sementara sejak tadi sudah berisik akibat tapak kaki yang mereka bunyikan.

Cahaya terang terlihat dari kejauhan.

Mithriel menunjukan senyum cerah, perjalanannya tidak sia sia.

Mereka mendarat tepat di sebelah danau  yang airnya mengalir dengan deras. Menara didepan mereka berdiri tegak, hawa peninggalan ratusan tahun terasa di sekitar mereka.

Athall menjentikkan jarinya, dan puff! Dia menghilang, kemudian tidak lama jendela yang tertutup di menara terbuka. "Ayo masuk!" ucap Athall.

"Pegang tanganku." ucap Nincel pada Mithriel. Dia melakukan sihir teleportasi.

Mereka sampai, ruangan penuh buku, alat penelitian. Semuanya ada disini. "Kita akan bermalam disini, jadi coba kalian cari tentang perang dengan Kerajaan terdahulu." perintah Mithriel.

"Tidak usah dicari, aku sudah menemukannya." ucap Athall.

"Aaa." Mithriel lupa kalau menara ini tempat tinggal Athall dulu.

"Ini catatan sejarah yang ditulis oleh guruku. Sebelum akhirnya dia mati konyol." ucap Athall melemparkan buku tebal usang dan berdebu ke hadapan Mithriel.

Si Petualang dengan Busur || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang