Tubuh Mithriel terdiam membeku, dia berusaha mencerna kata-kata yang barusan ia dengar. Berbagi darah yang sama? Apa maksudnya?
Deriel menikmati wajah kebingungan Mithriel, bagaimana dia benar-benar kehilangan fokus. "Hahaha, kau itu memang bodoh ya?"
"Ibumu yang bodoh itu, pengkhianat sialan itu, adalah adikku. Menjadi penari yang berpetualang keseluruh negeri dengan tubuh lemah dan penyakitan." Deriel menghembuskan nafas kasar, "Aku jadi kesal mengingatnya. Sejak kecil dia memang menyebalkan, dan semakin menyebalkan ketika dia keluar dari sini dan berkhianat." Deriel mengatakan itu dengan mengeratkan tangannya.
Berpuluh-puluh tahun lalu, menceritakan masa muda Eriel bagaimana dia bisa berkhianat pada Recanter.
"Kakak hentikan keinginanmu melawan Tuneca, mereka kerajaan yang kuat kita hanya akan menjadi seonggok debu jika berani melawan mereka." Eriel dengan tubuh yang lemah menggebrak meja ruang rapat Recanter.
Dia tidak ingin melihat pertumpahan darah, sudah mereka kehilangan ayah dan ibu karena obsesi bodoh untuk mengambil Tuneca kembali. Apa yang terjadi? Ayah ibu mereka tidak tahu hilang kemana, tidak kembali sejak bertahun-tahun lamanya. Eriel sudah memperingatkan berkali-kali.
Deriel menatap marah, "kematian ayah dan ibu adalah karena mereka lemah!" Dia melihat ke mata biru yang sangat berbeda dengan mata Recanter lainnya yang berwarna merah menyala.
"Adikku yang cantik," Deriel mendekat dan mengusap wajah Eriel lembut, "kutukan yang selama ini kita anggap kelemahan sudah bisa kita kuasai sendiri. Sihir gelap yang terserap masuk ke dalam tubuh kita adalah pertanda kita bisa mengambil tanah kita kembali." Deriel tersenyum.
"Mungkin kakak menganggap sihir gelap ini adalah kekuatan sekarang, tapi untukku ini hanya menyiksaku. Sihir gelap ini tidak bisa aku kendalikan seperti yang kau bilang," ucap Eriel memperlihatkan bagaimana sihir gelap itu perlahan menyerap ke dalam tubuhnya.
Deriel menatap datar kearahnya, ruang rapat senyap. Deriel meninggalkan Eriel diikuti semua pengikutnya yang setuju dengan Deriel, dan hanya menatap Eriel dengan tajam.
"S-sakit," ucapnya sambil menangis merasakan bagaimana sihir gelap masuk perlahan ketubuhnya.
Malam itu juga Eriel saat semua orang tidur, dia pergi ke luar hutan yang perbatasannya tepat ke arah Kerajaan kecil yang biasa menjadi tempat persinggahan pedagang Tuneca.
Eriel memulai petualangan disana, menjadi penari yang tidak diketahui asal-usulnya, penari yang menjelajahi seluruh negeri, bertemu dengan orang-orang hebat.
Hingga akhirnya dia sampai di hutan kegelapan, tempat dimana para Elf kegelapan berada.
Keadaan hening seketika. Mithriel masih mencerna kata-kata yang dikatakan, dan dia semakin marah dengan fakta itu. "Aku seorang Tuneca," katanya dengan nada datar dan tatapan mata tajam.
"Hahahaha, tentu saja kau bagian dari orang-orang bodoh itu. Aku tidak akan pernah mengakuimu," katanya sambil tertawa seperti baru saja mendengar lelucon bodoh dari seorang badut di festival.
Mithriel masih melihat apa yang terjadi pada tubuh teman-temannya. Dan itu membuat Mithriel semakin marah, dia mengeratkan kedua tangannya yang diikat dari belakang. Dia menatap marah ke Deriel, mata hijaunya menyala sangat terang, giginya bergemelatuk, dan tubuhnya mengeluarkan aura aneh.
"Cincin". Ingat cincin yang pernah diberikan Athall pada Mithriel saat upacara kedewasaannya? Mithriel tidak pernah melepaskannya sekali pun.
"Aku mohon bekerjalah cincin." Mithriel hanya diikat menggunakan tali biasa, karena Recanter tau dia tidak memiliki sihir, dan hanya bisa digunakan saat ada senjata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Petualang dengan Busur || END
FantasySeorang Putri kerajaan yang tidak memiliki sihir dan hanya menggunakan senjata untuk perlindungan dirinya, yang bahkan senjata sudah tidak pernah lagi dipakai oleh manusia sejak 300 tahun yang lalu setelah sihir ditemukan. Dia adalah Mithriel, yang...